Protokol Hannibal: Israel Siap Bunuh Prajurit Mereka Sendiri Agar Tak Ditawan Musuh

Abu Ubaidah, Juru bicara sayap militer Hamas “Al-Qassam”, melaporkan bahwa Israel telah membunuh beberapa prajuritnya sendiri yang ditawan oleh Al-Qassam.

BY 4adminEdited Tue,10 Oct 2023,10:28 AM

Jalur Gaza, SPNA – Awal Agustus 2014, atau yang dikenal dengan hari “Jum’at Hitam”, Militer Israel (IDF) kehilangan komunikasi dengan salah satu prajurit bernama Hadar Goldin. Akibatnya IDF membumihanguskan Rafah dan membantai warga sipil Palestina, ratusan nyawa melayang dan luka-luka.

Serangan tersebut bertujuan untuk menggagalkan operasi yang dilakukan Hamas dalam menawan Hadar Goldin. Israel saat itu melanggar perjanjian gencatan senjata lalu melancarkan protokol Hannibal dengan melakukan serangan massif meskipun harus menghilangkan nyawa prajurit yang ditawan.

Dalam perang “Badai Al-Aqsa” yang dilancarkan Hamas sejak Sabtu pagi (07/10/2023), Israel disinyalir juga menerapkan protokol Hannibal seperti yang terjadi sebelumnya.

Surat kabar Israel Yisrael Hayom mengatakan, “Saat ini Israel harus mengembalikan Gaza ke zaman batu. IDF harus menangkap petinggi Hamas dan keluarga mereka, menghancurkan rumah serta restoran mereka. Menteri Energi Israel telah mengambil langkah yang benar dengan menghentikan suplai listrik ke Jalur Gaza.”

“Kita harus melumat mereka (Hamas), membuat mereka tunduk serta menghabisi mereka tanpa ampun. Kita harus mengabaikan aturan Pengadilan Tinggi dan seruan organisasi kemanusiaan Israel B’tselem. Tidak ada yang dapat membatasi apa yang akan kita lakukan tanpa ampun, jika kita khawatir dengan Mahkamah Internasional di Den Haag maka akan ada simpatisan yang siap melakukan misi tersebut.”

Seruan portal yang berafiliasi kepada militer Israel ini melupakan bahwa terdapat puluhan bahkan ratusan tawanan Israel di Jalur Gaza. Secara tak langsung mereka menyerukan penerapan protokol “Hannibal”.

Militer Israel (IDF) sendiri terlihat menerapkan protokol kontroversi tersebut sejak mendeklarasikan serangan “Pedang Besi”, Sabtu lalu sebagai balasan terhadap operasi “Badai al-Aqsa” yang dilancarkan Hamas.

Abu Ubaidah, Juru bicara sayap militer Hamas “Al-Qassam”, melaporkan bahwa Israel telah membunuh beberapa prajuritnya sendiri yang ditawan oleh Al-Qassam.

Doron Kadosh, wartawan radio Galei Tzahal milik militer IDF melaporkan bahwa IDF telah melancarkan serangan udara “tak biasa” terhadap persimpangan Erez di Jalur Gaza utara pasca kontak senjata berdarah yang melibatkan Al-Qassam dan pasukan IDF.

Kadosh tidak menjelaskan tujuan dibalik misi tersebut, namun serangan udara telah menelan beberapa korban jiwa dari prajurit Israel, hal ini disinyalir  bahwa IDF mengambil langkah agar prajurit yang lain agar tak menjadi tawanan Al-Qassam.

Apa itu Protokol Hannibal?

Protokol Hannibal adalah langkah militer Israel untuk mencegah musuh menawan prajurit meskipun harus mengorbankan nyawa mereka. IDF adalah satu-satunya militer di dunia yang menerapkan protokol kontroversi tersebut.

Protokol Hannibal diterapkan sejak tahun 2001, namun pensiunan IDF dan beberapa media Israel mengatakan bahwa gagasan ini muncul sejak perjajian tukar tawanan antara Israel dan Barisan Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP), yang dipimpin oleh Jenderal Ahmad Jibril tahun 1985.

Pada tahun 1982 PFLP berhasil  menawan beberapa prajurit Israel. Selama lebih dari 3 tahun IDF berupaya mencari mereka namun gagal. Akhirnya IDF terpaksa menandatangani perjanjian dengan PFLP untuk  membebaskan 1125 warga Palestina yang ditawan IDF, diantaranya adalah tawanan yang didakwa hukuman mati. Israel saat itu menderita kerugian besar.

Perjanjian 1985 menjadi cikal bakal munculnya Protokol Hannibal yang bertujuan mencegah Israel agar tidak sampai terlibat dalam perjanjian tukar tawanan yang merugikan serta merusak citra Israel di mata dunia, seperti ditulis jurnalis Israel Uri Misgav di portal Haaretz.

Setelah tahun 1985 Israel berkali-kali melakukan perjanjian tukar tawanan dan harus membayar mahal untuk setiap prajurit yang ditangkap. Pensiunan IDF Shalom Ben Moshe mengatakan, tahun 2011 Israel terpaksa membebaskan 1027 tawanan Palestina agar Al-Qassam membebaskan seorang prajurit Israel yaitu Gilad Shalit. Dia menjadi satu-satunya dari 11 prajurit Israel yang selamat dari Protokol Hannibal dan mendekam dalam tawanan Al-Qassam di Gaza selama 5 tahun.

Analis militer Israel Eyal Alima mengatakan kepada Aljazera, protokol Hannibal akan diterapkan dengan lebih tegas, dimana IDF diinstruksikan untuk “menghalalkan segala cara” agar prajurit Israel tak sampai jatuh ke tangan musuh, meskipun harus terlibat dalam kontak senjata panas di wilayah Israel dan membunuh prajurit tersebut.

“Banyak dari kebijakan yang dilakukan militer Israel yang sengaja dirahasiakan, bahkan tidak diketahui oleh prajurit yang bertugas,” ujarnya seperti dialnsir Aljazera.

Dilansir Al-Araby,  terdapat dokumen rahasia yang tidak dapat diakses kecuali pejabat tinggi militer Israel yang berbicara tentang protokol Hannibal tersebut.

(T.RS/S: Aljazera)

leave a reply
Posting terakhir