Al-Quds, SPNA - Tanpa mengabaikan sebab, motif dan konsekuensi yang diakibatkan aksi penembakan di Al-Quds Jumat lalu, namun respon terhadap tragedi tersebut menunjukkan bahwa Israel adalah pihak yang paling diuntungkan.
Pihak-pihak yang terlalu obsesi menyangkal terorisme mengutuk aksi tiga pemuda yang menembaki polisi Israel serta menggunakan kesempatan ini untuk mendukung negara pencaplok tanah Palestina tersebut.
Mereka lupa bahwa Israel adalah negara teror yang dibangun di atas darah warga Palestina yang dibantai, mereka lupa bahwa Israel selalu melanggar hukum internasional.
Orang-orang munafik itu lupa bahwa hunian ilegal yang dibangun Israel di tanah warga Palestina melanggar hukum dan UU internasional seperti resolusi DK PBB nomor 2334 akhir tahun 2016 lalu. Mereka lupa dengan keputusan Mahkamah Den Haag terkait tembok apartheid yang dibangun Israel serta resolusi PBB lainnya yang mengutuk sikap Israel tidak mematuhi aturan Internasional.
Orang-orang munafik itu juga lupa dengan eksekusi masal terhadap warga Palestina, khususnya di Jalur Gaza, yang telah di blokade lebih dari 10 tahun.
Orang-orang munafik itu bukan hanya orang asing, mereka bisa kita temukan di seluruh negara Arab dan di organisasi perdamaian internasional.
Netanyahu mungkin sempat berang dengan tuntutan Yordania dan Turki untuk membuka kembali Masjid al-Aqsa, namun sampai saat ini saya belum mengetahui kenapa warga Palestina saling bersilang pendapat terkait aksi penembakan di Al-Quds.
Diantara mereka ada yang mendukung aksi itu, tapi tidak sedikit pula yang mengutuk. Namun yang saya tahu, mereka semua adalah korban Israel. Silang pendapat ini menunjukkan bahwa politik Palestina kehilangan arahnya.
Dalam banyak kasus Israel sering membuat dalih untuk membenarkan serangan terhadap warga Palestina. Sampai saat ini Israel masih berupaya mewujudkan tujuannya, memaksakan pembagian temporal dan spasial terhadap Al-Aqsa serta memungkinkan orang-orang Yahudi untuk beribadah di dalamnya dan menyita tembok ratapan.
Semuanya tahu bahwa Al-Aqsa setiap waktu dikunjungi oleh kelompok Yahudi ekstremis dan Netanyahu mengizikankan menteri dan anggota parlemen untuk melakukan hal yang sama.
Israel sangat tahu bahwa al-Aqsa adalah tempat yang sangat sakral bagi warga Palestina. Mereka tidak terima jika Israel berani melecehkan Al-Aqsa. Hal inilah penyebab terjadinya serangan di dinding ratapan tahun 1996 dan intifada tahun 2000, karena Ariel Sharon berani mencoba masuk ke halaman Al-Aqsa.
Namun tidak kali ini. Aksi yang dilakukan Al-Quds terakhir justru menguntungkan Israel. Mereka berhasil melarang kumandang azan dan sholat Jumat di Al-Aqsa. Karena alasan keamanan, Israel lalu menutup pintu masjid serta menangkap mufti Al-Quds.
Anehnya, tidak satupun faksi atau kelompok yang mengaku bertanggujawab atas aksi tersebut. Ketiga pelaku bahkan adalah satu keluarga yang berasal dari desa yang sama yaitu desa Ummul Fahm. Karena itu penting untuk melihat kembali faktor dan tujuan aksi penembakan itu.
Walau bagiamanapun, penting untuk melihat reaksi Israel terhadap apa yang terjadi di Al-Quds Jumat lalu dan reaksi orang-orang munafik dengan syarat yang dibelakukan Israel terhadap Al-Quds.
Al-Quds saat ini mengalami proses Yahudisasi dan Israel masih melanggar kesucian dan kehormatan Masjid al-Aqsa. Al-Aqsa benar-benar dalam badai, lalu bagiamana respon umat Islam? apakah mereka akan berbuat sesuatu?
Penerjemah: Rizky Syahputra