Mengambil bola di dekat tembok perbatasan, bocah Palestina tertembak dan menjalani amputasi

Sejak 2014 Pasukan Israel semakin gencar menargetkan anak-anak Palestina dengan kekuatan mematikan yang disengaja.

BY 4adminEdited Mon,24 Jun 2019,11:38 AM

Tepi Barat, SPNA - Seorang bocah lelaki Palestina berusia 14 tahun harus merelakan kakinya diamputasi setelah seorang tentara Israel menembaknya ketika ia mengambil sebuah bola dekat Tembok Pemisahan di Tepi Barat yang diduduki.

Menurut Defense for Children International (DCIP), Mahmoud Salah (14) yang berasal dari desa Al-Khader, sedang bermain bersama teman-temannya pada malam tanggal 21 Mei lalu, dan bergerak mengambil bola.

Seorang tentara Israel kemudian menembak kakinya, yang diikuti dengan reaksi sang bocah. "Dua tentara mendekat dan menendangnya," papar lembaga tersebut.

Ambulans datang sekitar 45 menit setelah penembakan itu. Mahmoud kehilangan kesadaran dalam perjalanan ke rumah sakit. Ia lalu sadar dan kembali pada hari berikutnya, DCIP melaporkan.

"Mahmoud dijaga oleh tentara dan mengetahui bahwa dia telah menjalani dua operasi."

"Staf medis memberitahunya bahwa kaki kirinya telah diamputasi di bawah lutut karena kerusakan tendon yang tidak dapat diselamatkan lagi."

LSM hak-hak anak internasional itu juga menyoroti cedera serius yang diderita anak Palestina lainnya akibat ulah pasukan Israel.

Pada 24 Januari, seorang agen Israel yang menyamar menembak Mohammad Qawasmeh (14) di kamp pengungsi Shuafat, Yerusalem Timur yang diduduki. Mohammad ditembak saat bocah itu sedang dalam perjalanan untuk membeli bahan makanan.

“Cedera itu mengakibatkan saya menjalani operasi. Dokter mengangkat limpa dan menjahit perut, ginjal, dan diafragma saya. Saya tinggal di unit perawatan intensif selama empat hari,” kata Mohammad.

Selama tinggal di rumah sakit, "Mohammad dijaga oleh polisi perbatasan Israel dan salah satu tangannya diborgol ke tempat tidur." Empat hari setelah ditembak, pasukan Israel menginterogasi Mohammad dan menuduhnya melempar bom Molotov.

“Mohammad membantah tuduhan itu,” DCIP melaporkan, “dan menolak untuk menandatangani pernyataan dalam bahasa Ibrani bahwa interogator telah memerintahkannya untuk menandatangani.”

Dia dibebaskan dari tahanan pada 31 Januari, dan tetap di rumah sakit sampai 3 Februari untuk perawatan lebih lanjut.

Menurut DCIP, sejak 2014 "Pasukan Israel semakin gencar menargetkan anak-anak Palestina dengan kekuatan mematikan yang disengaja."

Antara Januari dan Mei 2019, DCIP telah "mendokumentasikan 55 kasus anak-anak Palestina yang terluka oleh tembakan pasukan Israel".

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply