Israel Ajukan Tawaran Perdamaian untuk Sejumlah Negara Teluk

Israel adakan pertemuan khusus dengan sejumlah pemimpin Negara Teluk di sela pertemuan Majelis Umum PBB akhir September lalu. Mereka sepakat untuk menjalin kerjasama demi membendung ancaman Iran.

BY Edited Sun,06 Oct 2019,02:02 PM

Tel Aviv, SPNA – Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz  mengajukan tawaran perdamaian untuk merajut kembali hubungan bilateral dengan negara-negara Teluk agar sama-sama dapat fokus menghadapi tantangan Iran.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Sabtu malam (05/10/2019), Channel 12 melaporkan bahwa tawaran yang didukung penuh oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tersebut, diajukan dalam sebuah pertemuan di sela pertemuan Majelis Umum PBB, di New York akhir September lalu.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh sejumlah Menteri Luar Negeri Negara Teluk dan utusan Amerika untuk misi perdamaian di Timur Tengah, Jason Greenblatt.

Media Israel tersebut menyebutkan bahwa inisiatif bersejarah ini bertujuan untuk mengakhiri konflik dengan negara-negara Teluk.

Dengan catatan Israel mencoba mengeksploitasi ketegangan antara Iran dan negara Teluk sebagai media untuk menormalkan hubungannya.

Namun demikian, dalam laporan tersebut disebutkan kemungkinan tidak akan ada tandatangan hubungan bilateral secara komprehensif, disebabkan masih berlangsungnya konflik antara Israel dan Palestina.

Menurut Channel 12, inisiatif ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat persahabatan kerja sama dalam bingkai Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan prinsip-prinsip hukum internasional. Serta  untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan efektif demi menghindari perang, permusuhan, sabotase, kekerasan dan hasutan di antara semua pihak.

Setiap perbedaan di antara negara yang terikat dalam perjanjian ini harus diselesaikan melalui konsultasi.

(T.HN/S: Arabic.rt)

leave a reply
Posting terakhir

Di Sejumlah Negara Teluk, Kasus Corona Hampir Capai Rekor Tertinggi

Arab Saudi telah menangguhkan akses masuk warga asing dari 20 negara tanpa batas waktu, dengan pengecualian diplomat dan pekerja medis. Arab Saudi baru-baru ini mencatat lebih dari 300 kasus per hari. Meskipun jumlahnya, jauh lebih sedikit dari rekor yang dicapai tahun lalu, ketika jumlah kasus harian mendekati empat ribu, angka ini bagi Arab Saudi sudah tergolong besar.