Kushner salah! Hukuman kolektif tidak akan melahirkan perdamaian

Pekan lalu, tepatnya 25 tahun setelah penandatanganan Kesepakatan Damai Oslo, Jared Kushner mengomentari tindakan penghukuman yang dilakukan .......

BY 4adminEdited Mon,24 Sep 2018,10:53 AM

Oleh: Bill Law

Pekan lalu, tepatnya 25 tahun setelah penandatanganan Kesepakatan Damai Oslo, Jared Kushner mengomentari tindakan penghukuman yang dilakukan oleh ayah mertuanya, Presiden Amerika Serikat, terhadap rakyat Palestina. "Ada," kata Kushner, "terlalu banyak realitas palsu yang diciptakan."

Ah ya, realitas palsu yang mengharuskan orang-orang (Palestina) harus dihukum. Mari kita lihat mereka, Tuan Kushner.

Pada 24 Agustus, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa mereka memotong $ 200 juta bantuan kemanusiaan untuk Tepi Barat dan Gaza yang diduduki. Seminggu kemudian, AS menarik $ 350 juta bantuannya yang diperuntukkan bagi badan PBB yang ditugasi menyediakan layanan penting bagi para pengungsi Palestina, UNRWA. Pada 9 September, pemerintahan Trump menarik $ 25 juta dana yang disumbangkan AS ke Jaringan Rumah Sakit Yerusalem Timur. Sehari setelah itu, Presiden Trump memerintahkan penutupan kantor PLO di Washington, dan pada 14 September ia membatalkan $ 10 juta yang masuk ke program rekonsiliasi bersama Israel-Palestina.

Alih-alih, pemuda New York real estate ini, diangkat ke status perwira perdamaian Timur Tengah oleh ayah mertuanya, telah memutuskan bahwa cara terbaik untuk memaksa kesepakatan damainya dengan pihak Palestina adalah menghukum mereka secara kolektif: pria, wanita, anak-anak yang sakit, orang tua, kaum muda, orang yang tidak mampu; dengan kata lain, semua orang Palestina.

Di manakah kita pernah melihat doktrin hukuman kolektif seperti digunakan sebelumnya? Inggris menggunakannya di Afrika Selatan selama Perang Boer 1899-1902. Mereka adalah yang pertama memperkenalkan apa yang disebut kamp “konsentrasi”. Ini adalah konsep yang digunakan dan diasah untuk kesempurnaan yang brutal dan mengerikan oleh Nazi. Sekarang orang Israel memiliki versi hukuman kolektif mereka sendiri; Pengepungan di Jalur Gaza, dengan semua kesengsaraannya, memiliki gema yang lebih menakutkan dari Ghetto Warsawa di Perang Dunia II.

Sekarang Jared Kushner telah menggunakan merek hukuman kolektifnya sendiri pada orang-orang Palestina. Sejauh yang ia tahu, hal itu seperti kesepakatan real estat Manhattan lainnya. Apakah Anda memiliki penyewa yang sulit (diatur)? Apakah mereka berada dalam properti yang ingin Anda miliki? Maka paksakan mereka untuk menerima persyaratan yang Anda tetapkan berupa tugas keseharian yang keras dan buruk.

Dengan Trump yang berada belakangnya, Kushner berpendapat bahwa, "Semua yang kami lakukan adalah sebagaimana yang kita lihat" Tidak, Mr Kushner, apa yang Anda lakukan tidak melihat apa yang seharusnya menjadi perhatian Anda. Biarkan saya tunjukkan satu saja program yang dalam ketidaktahuan ganas Anda telah mengancam untuk menghancurkan.

Program ni disebut Parents’ Circle and Family Forum (PCFF). Ini adalah salah satu dari sejumlah program rekonsiliasi yang didanai oleh USAID; dana itu kini telah dipotong.

PCFF diluncurkan pada 1995 oleh Yitzhak Frankenthal, yang putranya Arik telah diculik dan dibunuh tahun sebelumnya oleh Hamas. Gagasannya - dan itu adalah ide yang agung dan mulia - adalah untuk menyatukan keluarga Palestina dan Israel yang berduka karena kehilangan anggota keluarga mereka yang meninggal akibat konflik tersebut. Lembaga ini menampung 600 keluarga, yang masing-masing memiliki kisah untuk diceritakan.

Namun pertama, untuk kepentingan Jared Kushner, izinkan saya menyebutkan dua cerita secara khusus. Yang pertama diceritakan oleh Robi Damelin. Putranya David, seorang tentara dan seorang aktivis perdamaian. Ia ditembak dan dibunuh oleh penembak jitu di Tepi Barat. “Ia memiliki belas kasih bagi semua orang,” kata ibunya, “dan memahami penderitaan orang-orang Palestina, ia memperlakukan semua orang di sekitarnya dengan penuh martabat. ”

Pembunuh David ditangkap dan sekarang dipenjarakan seumur hidup. Robi telah menulis surat kepada keluarganya yang berbunyi, “Apa yang membuat anak-anak kita melakukan apa yang mereka lakukan? Mereka tidak memahami rasa sakit yang mereka sebabkan. Anak Anda sekarang harus dipenjara selama bertahun-tahun. Saya tidak tahan dan melihatnya lagi atau melihatnya menikah, atau memiliki cucu darinya. ”Ia belum menjalani belasan tahun hukumannya, namun harus terus percaya bahwa hari itu datang.”

Putra tertua Bushra Awad Mahmoud ditembak saat memprotes serangan oleh tentara Israel di desanya dekat Hebron. Ia meninggal di rumah sakit akibat luka-lukanya yang ia alami. Bushra menggambarkan kemarahannya sebagai berikut,  “Hatiku dipenuhi dengan dendam, kesedihan, kesedihan dan kesedihan yang tak berujung.” Ia menderita selama tiga tahun, menarik diri dari suaminya dan keluarganya, hingga akhirnya seorang teman menyarankan bergabung dengan PCFF.

"Saya menolak dengan tegas dan bertanya bagaimana saya bisa menjabat tangan pihak Israel yang membunuh anak saya," jelas Bushra. “Beberapa saat kemudian teman yang sama itu mengundang saya untuk minum kopi di rumahnya. Ketika saya tiba, saya bertemu dengan seorang wanita Israel bernama Robi di ruang tamu, dan saya segera berbalik untuk pergi. Saya tidak ingin bertemu dengannya atau berbicara dengannya, tetapi kemudian wanita itu bangun dan meminta saya untuk tinggal. Ia berkata bahwa ia ingin mendengar kisah putra saya, Mahmoud. Saya duduk dan mulai menceritakannya. Ketika saya menunjukkan fotonya dia menangis. Ia kemudian menceritakan kisahnya dan kisah putranya, yang dibunuh oleh seorang pemuda Palestina pada tahun 2002. Setelah pertemuan saya dengan Robi, saya mengerti bahwa air mata kami adalah air mata yang sama. ”

Keluarga-keluarga ini telah mengambil langkah-langkah besar dan terus membawa mereka berada di sisi berbeda dengan perpecahan kemarahan, kebencian, kesedihan dan rasa sakit yang tak pernah berhenti, untuk mencoba dan menemukan jalan menuju perdamaian dan rekonsiliasi. Di sinilah harapan untuk sesuatu yang lebih baik dapat dimulai.

Menurut Jared Kushner, dengan menghapus apa yang dia sebut "realitas palsu" ada "kesempatan yang jauh lebih tinggi untuk benar-benar mencapai perdamaian yang nyata."

Apakah ia (Kushner) telah dibawa ke sebuah ruangan di mana Robi dan Bushra duduk? Apakah ia telah mendengarkan mendengarkan cerita mereka, beberapa menit saja?. Saya bertanya-tanya, apakah ia berani menyebut apa yang mereka lakukan sebagai realitas palsu? Akankah ia masih membuat arak-arakan dan berbagai omong kosong bahwa dengan memotong dana ke PCFF dan semua lembaga dan program lain yang dipengaruhi oleh tindakan hukuman Amerika, akan meningkatkan peluang untuk perdamaian?

Tidak, apa yang Jared Kushner dan Donald Trump lakukan adalah tindakan penghancuran yang murni disengaja, ditanggung oleh kesombongan tinggi dan ketidaktahuan yang mendalam dan mengerikan. Mereka adalah "realitas salah" yang sebenarnya dan itu pasti akan membawa, bukan pada perdamaian, tetapi untuk tragedi yang lebih besar yang telah menelan orang-orang Palestina dan melukai begitu banyak orang Israel.

(T.RA/S: MEMO)

(Bill Law adalah jurnalis pemenang penghargaan Sony. Ia bergabung dengan BBC pada tahun 1995 dan sejak 2002 telah menyampaiakn laporan secara ekstensif dari Timur Tengah. Ia telah melakukan perjalanan ke Kerajaan Saudi Arabia berkali-kali. Pada tahun 2003 ia adalah salah satu wartawan pertama yang meliput permulaan pemberontakan yang melanda Irak. Film dokumenternya The Gulf: Armed & Dangerous yang ditayangkan pada akhir 2010 mengantisipasi revolusi yang menjadi Spring Arab. Ia kemudian meliput pemberontakan di Mesir, Libya dan Bahrain. Ia juga melaporkan dari Afghanistan dan Pakistan. Sebelum meninggalkan BBC pada bulan April 2014.)

leave a reply
Posting terakhir