Jenazah korban aksi terorisme Christchurch mulai diserahkan kepada pihak keluarga

Setidaknya satu jenazah korban aksi terorisme Christchurch telah dikembalikan kepada pihak keluarga pada Minggu malam.

BY 4adminEdited Mon,18 Mar 2019,11:10 AM

Christchurch, SPNA - Komisaris Polisi Selandia Baru, Mike Bush, mengatakan pada hari Minggu (17/03/2019) bahwa jenazah “setidaknya satu korban” dari penembakan massal pada hari Jumat di dua masjid akan diberikan kepada pihak keluarga pada Minggu malam.

Kepala Koroner Deborah Marshall mengatakan kantornya, "bekerja secepat mungkin" untuk memastikan kantor mengembalikan tubuh yang tepat ke keluarga yang tepat. "Tidak ada yang lebih buruk," katanya daripada menyerahkan tubuh yang salah kepada sebuah keluarga.

Wakil Komisaris Polisi Wally Haumaha mengatakan pada hari Minggu bahwa kantornya telah bertemu dengan para pemimpin komunitas Muslim untuk membantu mereka memahami proses otopsi yang panjang yang diperlukan untuk investigasi kriminal, karena merupakan tradisi dalam Islam untuk mengubur mayat dalam waktu 24 jam setelah kematian.

Pemerintah berharap untuk mengembalikan jasad semua korban ke keluarga mereka pada hari Rabu. Polisi mengungkapkan bahwa daftar awal korban telah dirilis ke pihak keluarga.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan pada hari Minggu bahwa ia adalah salah satu dari lebih dari 30 penerima manifesto nasionalis kulit putih setebal 74 halaman yang dikirim melalui email oleh tersangka penembakan Brenton Tarrant, sembilan menit sebelum melakukan serangan terorisnya terhadap dua masjid di Selandia Baru. Dia mengecam umat Islam dan menyebut para imigran sebagai “penjajah” dalam manifesto tersebut.

Ardern mengatakan bahwa manifesto itu dikirim melalui email ke kantornya dan ia tidak "langsung menerimanya" dan dokumen itu tidak memberikan lokasi untuk serangan tersebut.

Ardern mengatakan bahwa Tarrant yang berusia 28 tahun, seorang warga negara Australia dan memproklamirkan diri sebagai nasionalis kulit putih yang telah didakwa dengan pembunuhan sehubungan dengan penembakan itu "pasti akan menghadapi sistem peradilan Selandia Baru."

Sebelumnya Ardern menyebut penembakan massal sebagai itu "tindakan kekerasan yang luar biasa." Ia mengatakan bahwa penembak memiliki lima senjata, dua di antaranya semi-otomatis. Semua senjata diperoleh secara legal.

Perdana menteri menegaskan beberapa kali selama konferensi pers pada hari Minggu sore bahwa "Akan ada perubahan pada undang-undang (kepemilikan) senjata kita."

Jumlah korban meninggal dalam aksi terorisme di dua masjid Selandia Baru pada hari Jumat telah meningkat menjadi 50 setelah pekerja darurat menemukan mayat lain di masjid Al Noor. Sebanyak 42 orang terbunuh di Al Noor, tujuh di masjid Linwood dan satu orang kemudian meninggal di rumah sakit.

Ardern mengatakan bahwa 34 orang tetap dirawat di rumah sakit setelah terluka dalam penembakan itu. Dua belas dari orang-orang itu dalam kondisi kritis.

Tarrant, sang teroris, dipimpin oleh dua penjaga bersenjata hadir di pengadilan Christchurch, Sabtu (16/03/2019), di mana seorang hakim membacakan satu tuduhan pembunuhan kepadanya. Ia mengenakan jubah penjara dan borgol dan tidak mengatakan apapun.

Wartawan di ruang sidang mengatakan bahwa tersangka tersenyum selama kehadirannya di pengadilan tersebut. Sebuah foto menunjukkan tangan kirinya menanmpilkan simbol "OK" terbalik, sebuah isyarat yang digunakan oleh kelompok supremasi kulit putih.

Setelah tersangka meninggalkan pengadilan, hakim mengatakan bahwa "sementara ada satu tuduhan pembunuhan yang dibawa saat ini, masuk akal untuk berasumsi bahwa akan ada yang lain."

Tarrant belum memasukkan pembelaan. Penampilannya di pengadilan berikutnya dijadwalkan pada pada 5 April mendatang.

Tiga orang lainnya, seorang wanita dan dua pria, juga ditahan sehubungan dengan penembakan itu. Sang wanita telah dibebaskan tanpa tuduhan. Seorang pria di mobil bersama wanita itu menerima tuduhan kepemilikan senjata api dan ia akan dihadirkan di pengadilan pada hari Senin.

Ardern mengatakan pada hari Sabtu bahwa serangan Tarrant terhenti ketika ia ditangkap.

"Ini menunjukkan niatnya untuk melanjutkan serangannya," kata perdana menteri.

Warga Christchurch memberikan karangan bunga dan dana online -yang mencapai US $ 684.000- dalam satu hari sebagai bentuk penghormatan kepada para korban.

Para korban penembakan hari Jumat termasuk imigran dari Yordania, Arab Saudi, Pakistan, Turki, Indonesia, dan Malaysia.

Penembakan massal dan kejahatan dengan kekerasan jarang terjadi di Selandia Baru, negara yang dihuni 5 juta orang. Hingga Jumat, penembakan massal terburuk pernah terjadi di negara itu pada tahun 1990, ketika seorang pria bersenjata sendirian menewaskan 13 orang di kota kecil Aramoana.

(T.RA.S: VOA News)

 

leave a reply
Posting terakhir