Addis Ababa, SPNA - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ethiopia, Dina Mufti, pada Selasa (02/02/2021) mengatakan bahwa negaranya mendesak kelanjutan perundingan terkait Bendungan Renaisans di bawah naungan Uni Afrika.
Dina Mufti menambahkan bahwa Presiden Ethiopia Sahlurk Zodi, melakukan kunjungan resmi ke Republik Demokratik Kongo setelah menjabat sebagai presiden Uni Afrika. Presiden Sahlurk merekomendasikan Republik Demokratik Kongo untuk melanjutkan negosiasi trilateral (yang terdiri dari Mesir, Sudan, dan Ethiopia) di bawah naungan Uni Afrika.
Dina Mufti menekankan bahwa sebuah lokakarya telah diadakan dengan fokus pada sengketa perbatasan antara Ethiopia dan Sudan. Ethiopia menegaskan perlunya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara damai.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Sudan, Yassin Ibrahim, mengatakan beberapa hari yang lalu, bahwa serangan Ethiopia baru-baru ini terhadap tentara Sudan telah menggusur penduduk 30 desa dari daerah Al-Fashaqa. Yassin Ibrahim menekankan bahwa hal tersebut berkaitan erat dengan negosiasi Bendungan Renaisans.
Ibrahim mengatakan bahwa perbatasan Sudan-Ethiopia jelas dan diatur dalam perjanjian internasional. Ethiopia harus menghentikan serangan terhadap warga sipil.
Ibrahim menambahkan bahwa tentara memberlakukan kontrolnya atas wilayah Sudan di perbatasan dengan Ethiopia.
“Ini menunjukkan bahwa Ethiopia mengulur-ulur waktu dalam masalah Bendungan Renaisans dan perbatasan. Mereka menyerang warga sipil untuk mengusir mereka dari desa Al-Fashaqa,” ungkap Yassin Ibrahim.
Perbatasan timur Sudan berhadapan dengan ketegangan yang terus meningkat ketika beberapa suku Ethiopia menyelinap ke wilayah Sudan untuk mengeksploitasi padang rumput dan tanah agraria di Kawasan Sudan.
(T.NA/S: RT Arabic)