Kurang Sebulan, Israel Tembak Mati 3 Anak Palestina

Pasukan pendudukan Israel telah membunuh 78 anak-anak Palestina selama setahun terakhir, 61 orang di antaranya di Jalur Gaza (60 selama agresi di Jalur Gaza pada Mei 2021) dan 17 anak-anak lainnya berasal dari Tepi Barat, termasuk Yerusalem yang diduduki.

BY 4adminEdited Wed,09 Mar 2022,02:54 PM

Ramallah, SPNA - Organisasi Internasional Perlindungan Anak, Defense for Children International (DCI), pada Senin (07/03/2022), menyatakan bahwa pasukan pendudukan Israel telah membunuh tiga anak Palestina dalam waktu kurang dari sebulan, dengan sengaja menembakkan peluru tajam ke arah mereka.

DCI merujuk pada kematian anak Yamen Mahmoud Nafez Khanafsa (15 tahun), yang berasal dari kota Abu Dis, tenggara Yerusalem yang diduduki, yang ditembak mati pada Minggu malam (6 Maret).

Menurut saksi mata DCI, ia mendengar suara tiga peluru yang ditembakkan sekitar pukul 08:30 malam di dekat kamp tentara pendudukan Israel yang didirikan di tanah kota Abu Dis, yang dikenal sebagai kamp Jabal, terletak di sisi barat daya kota dan sekitar 20 meter dari rumah penduduk.

Saksi mata menambahkan bahwa beberapa saat setelah penembakan ia mendengar ada orang yang terluka di dekat kamp, ambulans Palestina datang ke tempat tersebut, tetapi tentara pendudukan mencegahnya mendekat. Bahkan mereka menembakkan tabung gas air mata, dan memerintahkan penduduk yang berkumpul di tempat tersebut untuk pergi ke, tanpa memberikan informasi apapun tentang korban luka.

Pada tanggal 20 Februari lalu, tentara pendudukan Israel membunuh anak Muhammad Rizk Salah (13 tahun) di kota Al-Khader, selatan Betlehem, ketika ia disergap di dekat tembok apartheid.

Menurut dokumen DCI, kecelakaan itu terjadi di antara rumah penduduk Palestina di dekat tembok apartheid sekitar pukul 07:30 malam, ketika orang-orang mendengar sebanyak 3 sampai 4 kali suara tembakan sebelum berita korban luka tersebar dan korban meninggal dunia.

Saksi mata menunjukkan bahwa ada pintu di dinding apartheid di mana tentara pendudukan Israel keluar dan bersembunyi di antara pepohonan dan kebun anggur untuk menyergap siapa saja yang mendekati tembok. Saksi mata menjelaskan bahwa jarak antara tembok apartheid dan tempat di mana anak Salah terluka diperkirakan berjarak sekitar 100 meter.

Menurut keterangan yang diterbitkan petugas kedokteran forensik, Salah terkena peluru di punggung bawah, mengenai arteri utama, dan pecahan pelurunya tersebar di usus.

Pada 13 Februari lalu, seorang penembak jitu Israel membunuh anak Palestina berumur 16 tahun, Muhammad Akram Abu Salah, dengan menembaknya dari jarak 250 meter, ketika pasukan pendudukan Israel menyerbu kota Silat Al-Harithiya di Provinsi Jenin.

Muhammad, yang berasal dari kota Al-Yamoun, sebelah barat Jenin, ditembak bagian di mata kanan, sementara itu sepupunya yang berusia 17 tahun terkena pecahan peluru di tangan kiri ketika ia mencoba membantu Muhammad.

DCI menegaskan sekali lagi, berdasarkan dokumen, bahwa pasukan pendudukan Israel terus menggunakan kekuatan berlebihan dan peluru tajam terhadap anak-anak Palestina dengan sengaja menargetkan mereka. Hal ini terjadi budaya kebal di antara tentara pendudukan Israel dan pengetahuan mereka sebelumnya, di mana mereka tahu bahwa tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan yang mereka lakukan, apa pun hasilnya.

DCI mengklarifikasi bahwa menurut peraturan khusus tentara pendudukan Israel, peluru tajam tidak boleh digunakan kecuali dalam keadaan yang menimbulkan ancaman mematikan langsung bagi tentara. Namun, sejauh ini, bukti menunjukkan bahwa anak-anak yang meninggal dunia akibat tembakan peluru tajam sejak awal tahun ini tidak menimbulkan ancaman pada saat terjadi penembakan.

Pasukan pendudukan Israel telah membunuh 78 anak-anak Palestina selama setahun terakhir, 61 orang di antaranya di Jalur Gaza (60 selama agresi di Jalur Gaza pada Mei 2021) dan 17 anak-anak lainnya berasal dari Tepi Barat, termasuk Yerusalem yang diduduki.

(T.FJ/S: Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir