Yuk, Intip Kehangatan Ramadhan di Palestina di Tengah Penjajahan Israel

Penjajahan dan penidasan Israel tak mampu merenggut secuilpun kebahagiaan dan ketentraman yang bersembunyi di relung hati warga Palestina. Ramadhan selalu datang membawa semangat, harapan dan keyakinan untuk terus berjuang.

BY 4adminEdited Wed,06 Apr 2022,10:52 AM

Yerusalem, SPNA – Ramadhan kembali menyapa umat Islam di seluruh dunia. Umat muslim menyambutnya dengan duka cita, momen untuk memperbaiki diri demi meraih keridaan Sang Pencipta. Kehangatan dan kebahagiaan Ramadhan turut dirasakan oleh umat Islam di Palestina. Meski mereka hidup di bawah penderitaan dan tekanan penjajahan yang telah berlangsung puluhan tahun.

Suara azan melengking merdu dari menara masjid Al-Aqsa. Menegaskan jati diri kota Al-Quds yang bercorak Arab dan Islami. Sedang di pasar, suara pedagang dan keributan para warga yang datang memburu bahan berbuka, bersatu membentuk musik bernuansa kekerabatan dan kekeluargaan.

Penjajahan dan penidasan Israel ternyata tidak mampu merenggut secuilpun kebahagiaan dan ketentraman yang bersembunyi di relung hati warga Palestina. Ramadhan selalu datang membawa semangat, harapan dan keyakinan untuk terus berjuang.

Meski terkadang juga membawa air mata bagi para ibu yang kehilangan putranya, istri yang ditinggal syahid oleh sang suami, dan anak-anak yatim yang merindukan kehangatan pelukan sang ayah yang syahid di medan peperangan.

Maklum diketahui, bahwa setiap daerah memilki cara tersendiri dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Terdapat sejumlah kegiatan yang hanya bisa ditemukan ketika Ramadhan datang, dan itu tidak akan sama antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Selain berpuasa, shalat tarawih, shalat malam, membaca Al-Quran dan ibadah-ibadah lainnya yang umumnya dilakukan oleh semua muslim di bulan Ramadhan, terdapat beberapa ciri khas kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Palestina.

Kegiatan tersebut seperti bersilaturrahim, saling berbagi bukaan, berbagi hadiah Ramadhan, menanti suara meriam Ramadhan, dan pastinya menyantap makanan lezat khas Palestina.

Memelihara adat dan budaya Palestina

Warga Palestina merupakan contoh dari sebuah masyarakat yang berpegang teguh pada adat, budaya dan agama. Salah satu kebiasaan warga Palestina ketika Ramadhan, khususnya di Tepi Barat, adalah mendatangi Masjid Al-Aqsa.

Ketika akses menuju masjid kiblat pertama umat Islam tersebut sangat sulit, warga bahkan rela berkumpul di salah satu gerbang Kota Tua, tempat dimana Masjid Al-Aqsa berada, seperti gerbang Ad-Dimasq, Al-Amud dan gerbang lainnya. Di sanalah warga berkumpul meluapkan kegembiraan atas datangnya bulan suci Ramadhan.

Jalanan dan gang permukiman warga juga penuh dengan lampu beragam warna dan hiasan Ramadhan. Kerjasama warga lintas generasi untuk menghias distrik tempat tinggal mereka menjadi tanda bahwa Ramadhan segera tiba.

Silaturrahim antar anggota keluarga

Bagi warga Palestina, Ramadhan merupakan momen untuk mempererat tali silaturrahim. Kunjung-mengunjung antar sesama keluarga sudah menjadi tradisi mendarah daging dalam diri warga Palestina.

Tradisi ini biasanya dilakukan setelah berbuka atau setelah melaksanakan shalat tarawih berjemaah di masjid.

Satu hal yang perlu diketahui tentang kehidupan warga Palestina dan negara Arab lainnya, bahwa aktivitas warga seperti berbelanja dan silaturrahim lebih banyak dilakukan di malam hari. Khusus di bulan Ramadhan, para pedagang bahkan baru terlihat sibuk membuka toko dan usaha mereka saat sore hari. Pasar dan jalanan kota akan terus ramai hingga subuh tiba.

Di luar Ramadhan, pesta pernikahanpun di sebagian besar negara Arab, digelar di malam hari.

Meriam Ramadhan

Ciri khas lainnya Ramadhan di Palestina adalah suara meriam tanda berbuka puasa. Suara meriam berbuka merupakan hal yang paling dinanti oleh anak-anak Palestina yang tidak lagi sabar untuk menyantap makanan yang telah terhidang di depan mata.

Namun di beberapa edisi puasa, saat agresi Israel berlangsung, meriam ramadhan tidak diaktifkan dan dijadikan sebagai tanda waktu untuk berbuka. Karena bisa saja terjadi salah kaprah. Disebabkan suaranya tidak jauh berbeda dengan meriam dari tank Israel yang digunakan untuk membunuh anak-anak Palestina.

 Makanan lezat khas palestina

Palestina dikenal dengan sejumlah makanan khasnya yang lezat. Makanan khas tersebut semakin mudah didapatkan pada hari-hari besar. Salah satunya ketika Ramadhan.

Ada banyak nama makanan khas Palestina yang mengundang selera. Di antaranya adalah al-maqlubah (المقلوبة), as-sumaqiyah (السماقية), dan al-maftul (المفتول). Ketiga nama ini disebutkan berasal dari Gaza. Sedangkan di Tepi Barat, untuk makanan, yang paling terkenal dari mereka adalah al-misakhkhan (المسخن) dan al-manshaf (المنسف).

Meja berbuka juga tidak ketinggalan dari menu pembuka. Seperti al-qathaif (القطايف) dan kurma tentunya.

Adapun minuman yang biasa dikonsumsi saat bulan Ramadhan, di antaranya adalah al-kharrub yang terbuat dari sari biji carob. Juga minuman al-karkadeih (rosela), ‘araqsus (licorice) dan jus qamaruddin (jus buah aprikot).

Bertukar hidangan

Salah satu hal menarik lainnya di Palestina adalah kerukunan, solidaritas dan kasih sayang yang masih terjalin kuat antar sesama warga. Sudah menjadi kebiasaan ibu-ibu Palestina untuk berbagi hidangan dengan para tetangga selama Ramadhan berlangsung.

Mengenang nama para pejuang

Budaya membangunkan warga untuk sahur ketika Ramadhan ternyata tidak hanya ada di Indonesia. Kegiatan tersebut ternyata sudah ada di Palestina sejak lama. Orang Palestina menyebutnya Al-Masahrati.

Selain menyanyikan lagu tradisional Palestina, pelaku al-masahrati di beberapa tempat di Palestina juga memanggil nama-nama para syuhada yang gugur di medan perang melawan penjajahan Israel. Tentunya juga diiringi dengan pukulan beduk, yang menjadikan suasana sahur menjadi lebih hikmat, penuh keimanan dan semangat perjuangan.

Demikian sejumlah keseruan yang berlangsung saat Ramadhan menyapa warga Palestina. Ramadhan benar-benar menjadi pelipur lara bagi warga yang telah hidup puluhan tahun di bawah penderitaan penjajahan.

Tidak salah memang andai kita diberikan kemudahan rezeki, untuk mengunjungi Palestina ketika Ramadhan. Suasana shalat tarawih di Masjid Al-Aqsa, tidak akan jauh berbeda dengan shalat di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Kita juga bisa menyicipi makanan khas Palestina, sambil melihat langsung senyum tegar warga Palestina yang memancarkan semangat perjuangan dan kecintaan terhadap tanah air dan agama.

(T.HN/S: elbalad.news)

leave a reply
Posting terakhir