Moskow: AS Tidak Membuka Jalan Pembicaraan Damai Palestina-Israel

Ia menunjukkan bahwa lingkaran setan kekerasan antara Palestina dan Israel hanya dapat diselesaikan melalui penyelesaian konflik yang komprehensif sesuai dengan status dua negara untuk dua bangsa, sesuai dengan kerangka hukum internasional yang diakui secara umum.

BY 4adminEdited Sat,03 Sep 2022,01:52 PM

Moskow, SPNA - Direktur Timur Tengah dan Afrika Utara Departemen Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexander Kinshchak, pada Jumat (02/09/2022), menyatakan bahwa sikap Washington tidak memberikan peluang untuk dimulainya kembali pembicaraan damai antara Palestina dan Israel, di mana peristiwa baru-baru ini menunjukkan rendahnya pendekatan ke arah ini.

“Sikap Amerika Serikat tidak memberikan peluang untuk dimulainya kembali pembicaraan damai antara Palestina dan Israel. Pecahnya konfrontasi bersenjata baru-baru ini di antara mereka (Pejuang Palestina dan Israel) menunjukkan rendahnya pendekatan ke arah ini,” sebut Alexander Kinshchak.

Ia menyebutkan bahwa prospek dimulainya kembali dialog politik Palestina-Israel tidak terlihat hari ini. Alexander Kinshchak menyebut bahwa Rusia menganggap dinamika perkembangan situasi di lapangan yang mengganggu sebagai hambatan utama dialog dan sikap AS yang tidak berkontribusi atau tidak berminat untuk memulai kembali proses perdamaian.

“Terlepas dari kenyataan bahwa dengan munculnya pemerintahan Joe Biden ke Gedung Putih, tentu saja pro-Israel di pemerintahan sebelumnya mengalami penyesuaian tertentu. Namun, Washington masih mengandalkan konsep ketenangan ekonomi untuk Palestina, mengabaikan komponen politik dari konflik. Konfrontasi bersenjata baru-baru ini antara Gaza dan Israel secara meyakinkan menunjukkan ketidakmampuan pendekatan ini,” sebut Alexander Kinshchak.

Ia menunjukkan bahwa lingkaran setan kekerasan antara Palestina dan Israel hanya dapat diselesaikan melalui penyelesaian konflik yang komprehensif sesuai dengan status dua negara untuk dua bangsa, sesuai dengan kerangka hukum internasional yang diakui secara umum.

Alexander Kinshchak juga menunjukkan bahwa kunjungan Joe Biden ke Palestina baru-baru ini, yang berlangsung pada pertengahan Juli, sekali lagi menunjukkan ketidakinginan pemerintah Amerika saat ini untuk mengambil langkah-langkah praktis untuk melakukan penyelesaian konflik di Timur Tengah.

“Jelas bahwa Washington jauh lebih tertarik untuk memperluas jangkauan negara peserta dalam kerangka Perjanjian Abraham yang ditandatangani pada Agustus-Desember 2020. Pada saat yang sama, Amerika khususnya tidak menyembunyikan harapan penciptaan aliansi militer-politik di bawah NATO di Timur Tengah dan untuk menahan pergerakan Teheran,” sebut Alexander Kinshchak.

Ia mengatakan bahwa Rusia masih menganggap “Kuartet” sebagai mediator di Timur Tengah satu-satunya dan mekanisme yang sah untuk penyelesaian Palestina-Israel.

“Kami siap untuk melanjutkan kerja sama dengan mitra dalam bentuk ini. Namun, setelah operasi militer khusus di Ukraina dimulainya pada bulan Februari, kontak kerja dengan anggota Kuartet lainnya (PBB, Amerika Serikat, dan Uni Eropa) benar-benar terhenti,” kata Alexander Kinshchak.

Kuartet Timur Tengah yang terkadang disebut Kuartet Diplomatik atau Kuartet Madrid adalah empat negara dan entitas internasional yang terlibat dalam memediasi proses perdamaian Israel-Palestina. Kuartet ini terdiri dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Rusia. Kelompok tersebut didirikan di Madrid pada 2002, yang menyerukan Konferensi Madrid 1991, sebagai hasil penyelesaian konflik di Timur Tengah.

(T.FJ/S: RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir