Duka Selimuti SD Al-Khansa, Setelah Rayan Meninggal Akibat Dikejar Pasukan Israel

Siswa sekolah Al-Khansa harus melewati tentara pendudukan Israel yang ditempatkan di jalan menuju sekolah. Anak-anak sekolah sering menjadi sasaran penangkapan, kekerasan, dan intimidasi dari pasukan pendudukan Israel.

BY 4adminEdited Tue,04 Oct 2022,01:49 PM

Betlehem, SPNA - Rayan Yasser Ali Suleiman (7 tahun) tidak lagi bersekolah. Anak pintar itu telah pergi selamanya. Ia tidak akan kembali ke kursi belajarnya. Ia tidak dapat bermain lagi dengan teman-temannya. Banyak sekali hal yang indah yang disukai anak manis ini yang tidak dapat ia lakukan lagi. Hati Rayan telah berhenti berdetak. Ia sudah meninggal dunia.

Hari Minggu (02/10), adalah pemandangan menyedihkan, di Sekolah Dasar Al-Khansa. Sekolah tempat Rayan belajar di kota Tekoa, sebelah timur Betlehem. Ketika semua anak-anak sekolah lain berangkat dan hadir ke sekolah setelah libur akhir pekan, Rayan Suleiman, malah yang berangkat menjumpai Allah Swt. pada kamis lalu, setelah dirinya setelah dia dikejar dengan brutal oleh tentara pendudukan Israel hingga jantungnya berhenti karena ketakutan.

Guru dan teman-teman sekolahnya kemudian mengganti kehadirannya di sekolah dengan foto, ranting zaitun, bunga mawar, dan raut wajah teman-temannya di kelas satu, yang mengungkapkan rasa duka, kesedihan, dan rasa sakit atas wafatnya teman mereka yang “dibunuh” pasukan pendudukan Israel tanpa rasa bersalah.

Ratusan murid sekolah berdiri di antrean pagi meratapi dan berdoa atas meninggalnya Rayan. Sebuah potret yang sangat mengharukan. Sejumlah puisi dan kata-kata diucapkan untuk mengenang Rayan Suleiman.

Teman Rayan, Mahmoud, mengatakan bahwa mereka takut kepada tentara pendudukan Israel, karena mereka datang ke kawasan seputar sekolah, menggeledah tas para murid sekolah.

“Terkadang mereka mencegah kami untuk sampai ke sekolah atau ketika pulang dari sekolah, mereka mencegah kami pulang ke rumah,” kata Mahmoud.

Siswa sekolah Al-Khansa harus melewati tentara pendudukan Israel yang ditempatkan di jalan menuju sekolah. Anak-anak sekolah sering menjadi sasaran penangkapan, kekerasan, dan intimidasi dari pasukan pendudukan Israel.

Rayan pergi dan pulang sekolah biasanya ditemani oleh ibunya yang takut akan tindakan teror dan kekerasan tentara pendudukan Israel. Namun, pada hari Kamis bencana itu, ibunya tidak menemaninya ke sekolah.

Sepupunya, Muhammad Suleiman, mengisahkan bahwa Rayan pergi bersama saudara-saudaranya yang lain, setelah sebelumnya konfrontasi pecah antara pemuda Palestina dan dan tentara pendudukan Israel. Entah bagaimana, pasukan pendudukan Israel mengejar kelompok anak-anak tersebut.

Sesaat setelah Rayan dan dua saudara laki-lakinya tiba di rumah, bahkan belum mengganti seragam sekolah, pasukan pendudukan Israel mendobrak masuk ke rumah mereka untuk mencari saudara Rayan, Ali (8 tahun) dan Khaled (10 tahun). Mereka ingin menangkap mereka berdua dengan dugaan telah melempar batu ke arah pasukan pendudukan Israel.

Sepupunya, Muhammad Suleiman bercerita bahwa Rayan pada saat itu bersembunyi di salah satu sudut rumah ketika pasukan pendudukan Israel menyerbu rumahnya. Ia sangat ketakutan. Ketika pasukan pendudukan Israel melihatnya, Rayan melarikan diri sampai ia meninggal karena serangan jantung akibat rasa takut yang luar biasa.

(T.FJ/S: Palinfo)

leave a reply