Akibat Gelombang Boikot Global, Starbuck Timur Tengah Pecat Ribuan Karyawan

Proses pemangkasan, yang dimulai pada hari Minggu (03/03/2024), mencakup sekitar 4% dari total pekerja AlShaya yang hampir mencapai 50.000 orang, terutama berfokus pada waralaba Starbucks di Timur Tengah dan Afrika Utara.

BY 4adminEdited Wed,06 Mar 2024,05:47 AM
Akibat Gelombang Boikot Global, Starbuck Timur Tengah Pecat Ribuan Karyawan

Abu Dhabi, SPNA – Stacbuck dilaporkan akan melakukan pemecatan terhadap ribuan karyawan di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Dilansir Reuters, Selasa (05/03/2024), raksasa ritel ElShaya Group yang memiliki hak operasional Starbucks di Timur Tengah, merencanakan pemutusan hubungan kerja terhadap lebih dari 2.000 karyawan.

Proses pemangkasan, yang dimulai pada hari Minggu (03/03/2024), mencakup sekitar 4% dari total pekerja AlShaya yang hampir mencapai 50.000 orang, terutama berfokus pada waralaba Starbucks di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Pemecatan dilakukan akibat gelombang boikot pasca serangan Israel terhadap Gaza dan menyebabkan krisis bagi perusahaan ini.

"Krisis dalam enam bulan terakhir, membuat kami terpaksa  mengambil keputusan sulit dan menyedihkan dengan mengurangi jumlah karyawan di gerai Starbucks Timur Tengah dan Afrika Utara," demikian pernyataan resmi dari AlShaya, tanpa memberikan konfirmasi angka pemutusan kerja.

"Pikiran kami bersama para mitra yang akan meninggalkan perusahaan, dan kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi mereka," ungkap juru bicara Starbucks kepada Reuters.

"Starbucks tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan AlShaya guna mendorong pertumbuhan jangka panjang di wilayah yang penting ini," tambahnya.

Sejak berdiri tahun 1890 di Kuwait, AlShaya telah menjadi salah satu waralaba ritel terbesar di kawasan Timur Tengah dengan hak untuk mengoperasikan bisnis merek-merek Barat terkenal, termasuk The Cheesecake Factory dan Shake Shack.

AlShaya telah memiliki hak operasional kedai kopi Starbucks di Timur Tengah sejak tahun 1999. Unit Starbucks mengelola sekitar 2.000 gerai di 13 negara, meliputi Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Tengah.

Apollo Global Management Inc dikabarkan tengah dalam pembicaraan untuk membeli saham dalam bisnis Starbucks milik AlShaya, menurut tiga sumber terkait yang dihubungi oleh Reuters bulan lalu.

Merek-merek Barat secara luas terdampak oleh kampanye boikot dari masyarakat terkait serangan militer Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober lalu.

Menanggapi boikot tersebut, Starbucks pada bulan Oktober menyatakan dirinya sebagai organisasi non-politis dan membantah tudingan bahwa mereka memberikan dukungan kepada pemerintah atau pasukan Israel.

Pada bulan Januari, Starbucks menyatakan bahwa perang antara Israel dan Hamas telah merugikan bisnisnya di wilayah ini, melebihi harapan pasar untuk hasil kuartal pertama.

Perusahaan ini menyebutkan bahwa penjualan mereka terkena dampak yang signifikan akibat konflik ini, baik di Timur Tengah maupun di Amerika Serikat, karena sebagian konsumen melancarkan protes dan kampanye boikot meminta perusahaan untuk mengambil sikap dalam isu tersebut.

Pada bulan Januari juga, AlShaya mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi operasional di Mesir karena masalah ekonomi yang terus berlanjut, termasuk devaluasi mata uang berulang dan rekor inflasi.

(T.RS/S:Reuters)

leave a reply
Posting terakhir

Israel Khawatir Gerakan Boikot Global yang Terus Meningkat

Ketidakmampuan Israel dalam menghadapi organisasi hak asasi manusia internasional telah mendorong kalangan Israel untuk menegaskan bahwa hal tersebut bukan hanya “tembakan di kaki, tetapi amputasi nyata”, yang merupakan pukulan fatal bagi Israel secara umum, karena itu tidak ada dalam praktik dan hal ini dapat membuka jalan bagi para jenderal Israel untuk dibawa ke Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag.