Dari Pemerkosaan Hingga Pembantaian Massal, Relawan Dokter Kanada di Palestina Ceritakan Daftar Kebejatan Pasukan Israel

Para dokter Kanada yang menjadi sukarelawan di Gaza telah melaporkan para wanita yang mengalami pelecehan seksual oleh pasukan pendudukan Israel di depan keluarga mereka, seorang wanita diperkosa selama 2 hari hingga dia tidak dapat berbicara, namun tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya, Profesor Kedokteran Klinis Dr Aliya Khan memberitahu MEMO.

BY 4adminEdited Sun,24 Mar 2024,06:25 PM
Jenazah 6 orang, termasuk wanita dan anak-anak, yang tewas dalam serangan Israel di rumah keluarga Dhair, dimakamkan di pemakaman kamp Shabura setelah salat jenazah di Rumah Sakit Mohammed Yousef El-Najar di Rafah, Gaza pada 22 Desember 2023 (Abed Rahim K

Dr alya khan.jpg

Dr. Aliya Khan, seorang profesor klinis di Universitas McMaster, adalah pakar dalam bidang endokrinologi dan osteoporosis. Dengan lebih dari 200 publikasi ilmiah, dia diakui sebagai salah satu ahli terkemuka di dunia dalam hiperparatiroidisme. Dr. Khan memimpin beberapa komite di Osteoporosis Canada dan merupakan duta besar Kanada untuk American Society of Bone and Mineral Research. Prestasinya yang luar biasa telah diakui dengan berbagai penghargaan nasional dan internasional.

Jalur Gaza, SPNA  - Dalam beberapa hal, kengerian di Gaza tercermin dalam laporan statistik yang menggemparkan. Menurut Kementerian Kesehatan, jumlah korban tewas sejak 7 Oktober telah melebihi 32.000 jiwa, separuh diantaranya adalah bayi dan anak-anak.

PBB melaporkan bahwa 1,9 juta warga sipil di Gaza terpaksa mengungsi. 75% dari populasi Gaza menghadapi kelaparan dan tidak memiliki akses air bersih. Selain itu, UNICEF melaporkan bahwa anak-anak meninggal karena kelaparan dan menderita malnutrisi.

Statistik ini diperkuat oleh rekaman mengerikan yang memperlihatkan pembantaian barbar Israel tanpa henti terhadap warga sipil ditambah runtuhnya infrastruktur Kesehatan, 2/3 rumah sakit dan lebih dari 80% klinik hancur tanpa sisa. Lebih dari 400 pekerja kesehatan telah tewas, bersama dengan lebih dari 100 jurnalis. Kehancuran ini sangat besar dan melampaui segala bentuk standar dunia.

“Yang benar-benar mencolok bagi saya adalah ketika kita melihat ketidakadilan di Ukraina, komunitas global bersatu dan bersuara keras menentang ketidakadilan tersebut. Tetapi ketika kita melihat kekejaman, kejahatan perang, dan genosida yang terjadi di Palestina, dunia terdiam,” kata Dr. Aliya Khan, seorang profesor klinis kedokteran dan anggota dewan Organisasi Perawatan dan Bantuan Medis Bersatu (UOSSM), yang memberikan bantuan medis di zona-zona konflik.

“Jelas ada standar ganda, dan ini salah. Kita perlu bersuara untuk menyelamatkan semua nyawa, terlepas dari etnisitas, agama, latar belakang, dan sikap politik,” tambahnya.

Khan menyoroti sikap berbeda dari komunitas global terhadap konflik di Ukraina dan Palestina, menunjukkan kemunafikan dan standar ganda pemerintahan Barat.

Dia mengutuk sikap PBB yang gagal mengambil langkah nyata untuk mengatasi penderitaan dan kehancuran yang sedang berlangsung di Palestina.

“Anak-anak mengalami kematian mengerikan – terbakar, tercerai-berai oleh bom, atau hancur tertimbun bangunan. Situasi mengerikan ini diperparah oleh blokade Israel terhadap pasokan makanan, air, dan obat-obatan yang vital dan anak-anak meninggal karena dehidrasi, kelaparan, dan penyakit.

Israel telah membunuh lebih dari 14.000 anak-anak di Gaza sejak 7 Oktober sementara yang lain menderita malnutrisi parah dan “bahkan tidak memiliki energi untuk menangis”.

Gaza telah menjadi kuburan bukan hanya untuk anak-anak, seperti yang dijelaskan oleh juru bicara UNICEF, James Elder, tetapi juga kuburan bagi hukum kemanusiaan internasional. Semua prinsip hukum internasional telah dan terus dilanggar oleh Israel.

“Setiap anak sangat berharga, baik itu anak yang terluka atau terbunuh di Ukraina atau anak yang terluka atau terbunuh di Palestina, dan selama lima bulan terakhir kita telah melihat lebih banyak anak Palestina dan warga sipil terbunuh daripada konflik lain dalam periode waktu ini. Tetapi sikap komunitas global terhadap perang di Ukraina sangat berbeda dengan respons terhadap perang di Gaza, ” kata Dr. Aliya Khan.

Dr. Khan menceritakan kunjungannya ke Palestina sebelum 7 Oktober, melalui Tepi Barat yang diduduki mengungkapkan kenyataan yang mengejutkan: “Palestina dipaksa untuk beroperasi melalui sistem penindasan seperti hidup di dalam penjara, hal ini terlihat melalui banyaknya Tembok Pemisah, pos pemeriksaan, dan penyalahgunaan hak asasi manusia dan tantangan yang harus dihadapi oleh rakyat Palestina hanya untuk mengakses kebutuhan dasar seperti pendidikan dan pekerjaan.

Dr. Alya Khan menyaksikan sendiri kurangnya perlindungan bagi rakyat Palestina oleh penegak hukum. “Pasukan Israel sering kali dikerahkan untuk melindungi para pendatang yang ilegal daripada penduduk asli, rakyat Palestina mengalami ketidakadilan sistemik, mereka ditangkap secara sewenang-wenang dan melalui proses penahanan berkepanjangan tanpa persidangan, dan ini juga berlaku terhadap anak-anak.”

"Kekerasan sangat signifikan. Anak-anak bisa menjadi target saat pergi ke sekolah dan bisa ditangkap dan ditahan tanpa tuduhan di penjara Israel.”  

Meskipun dalam keadaan yang putus asa, rekan-rekan Khan di Gaza terus melanjutkan pekerjaan mereka dengan dedikasi tinggi, bahkan ketika rumah sakit menghadapi serangan militer berulang oleh pasukan Israel.

Secara tragis, para pekerja kesehatan sendiri telah menjadi target, dengan laporan tentang dokter, perawat, dan profesional medis lainnya yang diculik, disiksa, dan dibunuh, dimana ini secara jelas melanggar hukum internasional.

“Wanita Gaza diperkosa oleh pasukan Israel namun tidak pernah terendus oleh hukum, tidak pernah diselidiki atau dilaporkan. Tidak ada yang membicarakannya di media Barat. Saya baru saja menerima laporan dari rekan medis kami dari Kanada yang berada di Gaza bahwa Rumah Sakit Al-Khayr, yang berada di sebelah Rumah Sakit Nasser, telah diserang.”

Paramedis memberi tahu dokter bahwa seorang wanita diperkosa selama dua hari hingga dia kehilangan kemampuannya untuk berbicara. Seorang wanita lain di Rumah Sakit Nasr dibuang pakaiannya oleh tentara Israel di depan suaminya dan saudaranya, dan ketika salah satu dari mereka melepas pakaiannya untuk menutupi aurat wanita itu, tentara Israel justru membunuh kedua saudara lelakinya. “Ini laporan yang dapat dipercaya dari para dokter Kanada yang bertugas di Gaza.”

“Kami menyerukan pemimpin global dan PBB untuk menyelidiki kejahatan perang ini," tambahnya.

 "Mahkamah Internasional telah mengkonfirmasi bahwa genosida memang mungkin terjadi, dan telah meminta Israel dan Amerika Serikat untuk menghentikan serangan ini segera. Sayangnya, mereka tidak hanya melanjutkan serangan terhadap rakyat sipil di Gaza tetapi juga meningkatkannya dengan mengabaikan sepenuhnya Mahkamah Internasional.

Pada bulan Januari, Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk menahan diri dari segala tindakan yang dapat masuk dalam Konvensi Genosida dan memastikan pasukannya tidak melakukan tindakan genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Namun, Israel menggambarkan tuduhan tersebut sebagai “tidak berdasar”, dengan mempertahankan mantra sakti bahwa mereka memiliki “tentara paling bermoral di dunia”.

Menggarisbawahi perlunya segera mengangkat blokade terhadap sumber daya vital seperti makanan dan air yang masuk ke Gaza, Khan menyimpulkan, “kita telah gagal membantu rakyat Palestina.”

(T.RS/S:MEMO)

leave a reply
Posting terakhir