Tiga Hari Serang Tulkarem, Israel Bunuh 14 Penduduk Palestina, Serangan Paling Keji Israel dalam Beberapa Tahun Terakhir di Daerah Tersebut

“Ini bukan pertama kalinya pasukan penjajah menyerbu Nur Shams, akan tetapi kali ini berbeda karena pasukan penjajah Israel menggunakan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam serangan tersebut. Dalam penggerebekan sebelumnya, jika kendaraan lapis baja menemui jalan buntu di gang-gang kamp, ​​mereka memutar balik dan mencari jalan lain. Kali ini mereka menghancurkan apa pun yang mereka temukan di depannya,” kata Baraa Al-Ghoul, penduduk Nur Shams.

BY 4adminEdited Thu,25 Apr 2024,05:02 PM
Serangan Israel terhadap kamp pengungsi Nur Shams yang terletak di dekat kota Tulkarem di utara Tepi Barat, pada 21 April 2024, bukan hanya membunuh penduduk Palestina, tetapi juga menghancurkan jalananan, infrastruktur, dan bangunan milik penduduk Palest

Tulkarem, SPNA - Teror yang belum pernah terjadi sebelumnya terus menghantui penduduk sipil Palestina di kamp pengungsi Nur Shams di Tulkarem, dua hari setelah tentara Israel mengakhiri invasi selama 52 jam ke kamp tersebut. Kejahatan Israel ini membunuh 14 penduduk Palestina, sembilan di antaranya adalah penduduk sipil tak bersenjata.

Pada Kamis malam, 18 April, tentara Israel melancarkan operasi militer skala besar di Nur Shams, kamp pengungsi seluas dua kilometer persegi yang berdekatan dengan kota Tulkarem, di barat laut Tepi Barat yang diduduki. Invasi tersebut ditujukan untuk menargetkan “Brigade Tulkarem”, yang telah beroperasi di kamp tersebut sejak tahun 2022.

“Ini bukan pertama kalinya pasukan penjajah menyerbu Nur Shams, akan tetapi kali ini berbeda karena pasukan penjajah Israel menggunakan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam serangan tersebut. Dalam penggerebekan sebelumnya, jika kendaraan lapis baja menemui jalan buntu di gang-gang kamp, ​​mereka memutar balik dan mencari jalan lain. Kali ini mereka menghancurkan apa pun yang mereka temukan di depannya,” kata Baraa Al-Ghoul, penduduk Nur Shams.

Baraa Al-Ghoul menceritakan bahwa tantara Israel mendekati rumah-rumah yang mereka curigai sebagai tempat persembunyian pejuang perlawanan Palestina. Hal pertama yang mereka lakukan adalah menembakkan peluru melalui jendela dan pintu, meskipun ada warga sipil di dalamnya.

“Tanpa memastikan apakah ada pejuang (di dalam). Seluruh kamp dikunci, diperkirakan ada rudal yang menembus ke dalam rumah kapan saja. Anak-anak saya diteror dan paham apa yang terjadi di luar. Mereka menangis terus,” Baraa Al-Ghoul.

Baraa Al-Ghoul menyebut bahwa tantara penjajah Israel memasuki rumah-rumah untuk mencari pejuang Palestina dan melakukan penangkapan orang-orang secara acak.

“Tetangga saya, Rajai Sweilem (39 tahun), ditangkap di rumahnya di depan keempat anaknya dan dibawa ke jalan. Setelah tentara penjajah mundur, ia ditemukan meninggal dunia dengan tubuh penuh peluru, padahal ia hanya seorang pekerja, tidak terlibat (perlawanan) apa pun,” Baraa Al-Ghoul.

Selain korban yang dibunuh tentara Israel, dua laki-laki lanjut usia meninggal dunia dalam penggerebekan Israel karena kondisi kesehatan dan tidak dapat menjangkau pusat kesehatan untuk mendapat perawatan.

“Nasr Ghreifi, seorang pria yang dikenal dan dihormati di masyarakat berusia awal tujuh puluhan memiliki janji untuk menjalani sesi dialisis di rumah sakit. Ia tidak bisa keluar rumah karena serangan Israel itu, dan kondisinya semakin memburuk karena cuaca panas di tengah pemadaman listrik total. Ia meninggal di rumahnya. Jenazahnya terpaksa didiamkan di rumah keluarganya selama dua hari sampai tentara penjajah mundur,” kata Hussein Ali, penduduk kamp pengungsi Nur Shams Tulkarem lainnya.

Infrastruktur Dihancurkan

Setelah penarikan tentara Israel, media lokal Palestina melaporkan kerusakan besar pada infrastruktur kamp pengungsi Nur Shams, ​​termasuk jalan-jalan yang dibuldoser dan rumah-rumah yang sebagian atau seluruhnya dihancurkan. Israel menghancurkan jalan, rumah-rumah, dan sejumlah infratrukur, yang mengakibatkan layanan dasar terputus.

“Semua jalan di kamp (Nur Shams) itu diaspal sebelum penjajah mulai menyerang. Sekarang kami harus meninggalkan kamp untuk berjalan di trotoar. Bahkan pipa sistem pembuangan limbah pun rusak. Ini mengingatkan kami pada kondisi kamp pengungsi beberapa dekade yang lalu. Masyarakat terpaksa membeli air dengan truk berukuran 3 meter kubik. Listrik baru disambungkan kembali ke sebagian kamp pada hari Selasa, sementara sebagian besar rumah masih tanpa listrik,” kata Baraa Al-Ghoul.

Secara keseluruhan, sekitar 60 rumah di Nur Shams dihancurkan total atau dirusak oleh Israel hingga tidak layak huni. Serangan tersebut menambah kehancuran yang disebabkan oleh serangan Israel sebelumnya, di mana sejauh ini sudah terjadi 18 serangan dalam dua tahun terakhir.

(T.FJ/S: Mondoweiss)

leave a reply
Posting terakhir