Irlandia dan Spanyol Desak Uni Eropa Tinjau Ulang Hubungan Dagang dengan Israel

Micheal Martin menyebut pemerintah Irlandia berpandangan bahwa hukum kemanusiaan telah dilanggar berkali-kali pada saat ini di Jalur Gaza Palestina, di mana tingkat kematian penduduk sipil, terutama perempuan dan anak-anak, cukup tinggi.

BY 4adminEdited Wed,24 Apr 2024,06:32 PM

Dublin, SPNA - Menteri Luar Negeri Irlandia, Micheal Martin, pada Senin (22/04/2023), menyebut bahwa tindakan Israel di Jalur Gaza “tidak proporsional,” dan di luar batas. Ia menyampaikan kritik ini menjelang pertemuan dewan menteri luar negeri Uni Eropa dan menyampaikan bahwa hubungan dagang Uni Eropa dengan Israel harus ditinjau ulang akibat kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Tel Aviv terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza. 

“Kami percaya bahwa respons yang diberikan sangat tidak proporsional. Dalam pandangan kami, ini merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan dalam hal penghancuran Gaza dan juga dalam hal pembunuhan penduduk sipil, laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang tidak bersalah,”  kata Micheal Martin dalam pidatonya menjelang pertemuan tersebut.

Micheal Martin juga mencatat bahwa Irlandia dan Spanyol akan terus mendorong Uni Eropa untuk melakukan penilaian ulang Perjanjian Asosiasi Uni Eropa-Israel, khususnya yang berkaitan dengan hubungan perdagangan.

Anggota dewan Uni Eropa kecewa dengan seruan Irlandia dan Spanyol untuk melakukan peninjauan kembali. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan bahwa komisi Uni Eropa masih belum menjawab seruan dua negara Eropa yang mengirimkan surat bersama yang meminta peninjauan kembali pada bulan Februari.

“Kami sudah mengantisipasinya, tetapi modus operandi yang digunakan untuk melakukan peninjauan juga masih belum ditentukan," kata Menteri Luar Negeri Irlandia, Micheal Martin.

Micheal Martin menyebut pemerintah Irlandia berpandangan bahwa hukum kemanusiaan telah dilanggar berkali-kali pada saat ini di Jalur Gaza Palestina, di mana tingkat kematian penduduk sipil, terutama perempuan dan anak-anak, cukup tinggi.

"Saat ini sangat penting bagi kita untuk segera melakukan gencatan senjata (di Gaza), membebaskan semua sandera, dan bergerak, serta menyalurkan bantuan kemanusiaan secepat mungkin dalam skala yang diperlukan untuk menghadapi situasi kelaparan," kata Micheal Martin.

Micheal Martin juga mencatat bahwa dirinya akan melakukan perjalanan ke Yordania dan Mesir, termasuk perbatasan Rafah.

Sementara itu, Spanyol menyuarakan pendapatnya sebagai kritikus yang gigih atas tindakan Israel selama perang yang berlangsung hampir tujuh bulan di Gaza.

Sebelumnya pada bulan April, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, menyatakan bahwa Madrid akan mengakui negara Palestina dan berharap negara-negara barat lainnya akan mengikuti jejaknya.

“Kita harus secara serius mempertimbangkan untuk melakukan hal tersebut pada paruh pertama tahun ini. Jika kita melihat jangka menengah dan panjang jika kita tidak melakukan sesuatu yang berbeda dari apa yang telah kita lakukan dalam dekade terakhir, kita akan melihat spiral kekerasan ini sekali lagi.  Demi mewujudkan hal tersebut, kita membutuhkan negara Palestina yang nyata dan berdaulat," kata Pedro Sanchez.

Irlandia, Slovenia, dan Malta menyatakan siap mengakui negara Palestina. Saat ini, hanya delapan dari 27 anggota Uni Eropa yang mengakui Palestina sebagai sebuah negara: Polandia, Ceko, Slovakia, Swedia, Hongaria, Rumania, Bulgaria, dan Siprus.

Sementara itu, Israel dengan dukungan Amerika Serikat masih terus melakukan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza. Kantor Media Pemerintah Palestina di Gaza, pada Rabu (23/04), menyebutkan bahwa Israel telah membunuh sebanyak 34.183 penduduk Palestina. Ini merupakan jumlah yang terdata dari berbagai rumah sakit di Jalur Gaza. Gabungan korban jiwa dan korban hilang baik akibat tertimbun reruntuhan atau ditangkap tantara penjajah Israel mencapai 41.183 orang.

“72 persen korbannya adalah anak-anak dan perempuan, sebanyak 17.000 anak hidup tanpa salah satu atau kedua orang tuanya, dan sebanyak 11.000 korban luka membutuhkan perawatan untuk menjalani operasi ke luar Jalur Gaza. Sekitar 1.090.000 orang berisiko terkena penyakit menular akibat pengungsian,” kata Kantor Media Pemerintah Palestina di Gaza.

Sejak 7 Oktober 2024, Israel telah menjatuhkan lebih 75.000 ton bom ke Jalur Gaza. Ini 20 kali lebih banyak daripada bom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Irak selama enam tahun dan lebih dua kali lipat dari bom Hiroshima dan Nagasaki.

(T.FJ/S: The Cradle)

leave a reply
Posting terakhir

Spanyol Serang Keputusan Sepihak Barcelona untuk Tangguhkan Hubungan dengan Tel Aviv

Pemerintahan Kota Barcelona di Spanyol, pada Rabu (08/02/2023), mengumumkan penghentian sementara hubungan kelembagaan dengan Israel, terutama terkait pejanjian Kota Kembar atau Sister City dengan Tel Aviv. Hal ini akan ditangguhkan sampai pihak berwenang Israel mengakhiri pelanggaran sistematis hak asasi manusia terhadap penduduk Palestina.