10 Ribu Penduduk Palestina di Jalur Gaza Hilang di bawah Reruntuhan Bangunan yang Dibom Israel

Lembaga Pertahanan Sipil Palestina memperingatkan bahwa ribuan jenazah yang terus menumpuk di bawah reruntuhan mulai menyebabkan penyebaran penyakit dan epidemi, terutama dengan mulai masuknya musim panas yang mempercepat proses pembusukan jenazah.

BY 4adminEdited Tue,30 Apr 2024,07:22 PM

Gaza, SPNA - Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, pada Selasa (30/04/2024), memperkirakan terdapat lebih dari 10.000 orang hilang dan masih berada di bawah reruntuhan ratusan bangunan yang dibombardir Israel di Jalur Gaza sejak awal agresi hingga saat ini. Tim khusus belum dapat menemukan jenazah mereka.

“Orang-orang hilang ini tidak termasuk dalam data statistik para syuhada yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina karena tidak bisa mencatat data jenazah mereka di rumah sakit, sehingga jumlah syuhada (sebenarnya) melebihi lebih dari 44 ribu,” kata Lembaga Pertahanan Sipil Palestina.

Lembaga Pertahanan Sipil Palestina menekankan bahwa petugas Pertahanan Sipil terus melaksanakan tugas kemanusiaan di tengah terus berlanjutnya agresi Israel di Jalur Gaza selama lebih dari dua ratus hari, meskipun kekurangan dalam jumlah besar peralatan, kendaraan, dan alat berat yang diperlukan untuk mencari orang hilang di bawah reruntuhan rumah dan bangunan yang hancur akibat pemboman Israel. Israel membom ambulans dan juga kendaraan operasional Lembaga Pertahanan Sipil yang semakin menyulitkan kinerja di lapangan.

Lembaga Pertahanan Sipil Palestina menyebutkan bahwa akibat terbatasnya pergerakan, peralatan, dan bahaya agresi Israel di wilayah tertentu,  ribuan penduduk Palestina yang terjebak di reruntuhan akhirnya meninggal dunia sejak awal agresi hingga saat ini.

Lembaga Pertahanan Sipil Palestina menerima banyak permintaan dari warga dan tim sukarelawan pemuda, untuk mendukung upaya dan inisiatif individu dalam upaya pencarian jenazah para syuhada di sejumlah rumah dan bangunan tempat tinggal yang hancur beberapa bulan lalu. Hal ini dilakukan untuk menghormati jenazah para syuhada dengan menguburkan mereka alih-alih meninggalkan jasad mereka di bawah reruntuhan.

“Kami tidak punya pilihan selain menanggapi inisiatif ini berdasarkan rasa tanggung jawab nasional dan kemanusiaan, dan untuk mendukung masyarakat kami,” kata Lembaga Pertahanan Sipil Palestina.

Petugas Lembaga Pertahanan Sipil Palestina di utara Gaza melakukan tugas-tugas ini, dengan dukungan dari masyarakat dan tim relawan menggunakan peralatan tangan sederhana yang tersedia, di tengah-tengah gempuran dan serangan Israel yang masih terjadi.

Lembaga Pertahanan Sipil Palestina menekankan bahwa kurangnya alat berat seperti buldoser dan ekskavator, sangat menyulitkan kerja untuk memenuhi kebutuhan minimum yang diperlukan untuk mencari ribuan jenazah syuhada.

Lembaga Pertahanan Sipil Palestina memperkirakan bahwa jika terus bekerja dengan alat tradisional untuk menemukan jenazah di bawah reruntuhan akan memakan waktu dua hingga tiga tahun, khususnya setelah para pejabat PBB memperkirakan bahwa pemboman Israel meninggalkan sekitar 37 juta ton puing-puing di seluruh Jalur Gaza.

Lembaga Pertahanan Sipil Palestina memperingatkan bahwa ribuan jenazah yang terus menumpuk di bawah reruntuhan mulai menyebabkan penyebaran penyakit dan epidemi, terutama dengan mulai masuknya musim panas yang mempercepat proses pembusukan jenazah.

Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil kembali menyampaikan seruannya kepada seluruh pihak internasional, untuk menekan Israel agar mengizinkan masuknya alat-alat berat yang diperlukan agar dapat menyelamatkan nyawa orang-orang yang terjebak di reruntuhan dan mengeluarkan jenazah para syuhada yang telah membusuk di bawah puing-puing agar tidak menyebabkan bencana kesehatan baru bagi penduduk Palestina di Jalur Gaza.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom apa saja, termasuk rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza. Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Minggu (27/03), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 34.500  orang dan 77.500  lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: Palinfo, RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir