Rana Ziada, “guru paling inspiratif” asal Gaza

Rana telah berkompetisi untuk meraih predikat guru terbaik, dan merebut hadiah Global Teacher Prize senilai satu juta USD, yang diselenggarakan oleh Varkey Foundation.

BY 4adminEdited Sun,16 Dec 2018,09:38 AM

Sources - Gaza

Gaza, SPNA- Rana telah berkompetisi untuk meraih predikat guru terbaik, dan merebut hadiah Global Teacher Prize senilai satu juta USD, yang diselenggarakan oleh Varkey Foundation.

Rana adalah guru matematika di sebuah sekolah yang kerap menjadi sasaran pasukan pendudukan Israel, banyak dari siswanya telah terbunuh, menurut laporan Days of Palestine.

Ia kehilangan semua sumber daya pendidikanya, sementara Otoritas Palestian memotong separuh gajinya sebagai bagian dari sanksi yang dikenakan kepada pegawai di Gaza.

Guru matematika berbakat tersebut dicegah untuk melakukan perjalanan akibat blokade yang diberlakukan atas wilayah Gaza.

“Kami telah mencari ke empat penjuru dunia untuk menemukan guru paling inspiratif yang terpilih untuk mendapatkan hadiah Global Teacher Prize senilai 1 juta USD,” Varkey Foundation menulis dalam laman resminya.

“Dari guru yang mengajar di desa-desa pegunungan yang terpencil, hingga mereka yang mengajar di wilayah-wilayah miskin dan paling rentan di dunia. Mereka -50 finalis terbaik kami- telah mengubah kehidupan siswa di seluruh dunia dan kami tidak sabar menunggu Anda untuk bertemu mereka,” imbuh yayasan tersebut.

Tahun 2004 Rana mulai bekerja sebagai guru di Gaza Timur, di sebuah daerah yang berbatasan dengan wilayah otoritas pendudukan. Telah berulang kali daerah itu mendapat serangan, yang mengantarkan kehidupan di sana terasa begitu sulit. Selama Rana mengajar di Abbas School, beberapa kali gedung sekolah itu dihancurkan dan kehilangan sumber daya pendidikan. Bahkan setelah perang usai, sekolahnya saat ini masih kekurangan sumber daya, ruang kelas pebuh sesak, 45 siswa siswa harus ditempatkan dalam satu ruang kelas, tanpa listrik dan laboratorium komputer.

Rana sangat mencintai pekerjaannya. Ia ingin siswanya bisa mencintai sekolah dan pelajaran Matematika, mata pelajaran yang ia ajarkan, meskipun para siswa yang dididknya kerap menghadapai berbagai tantangan.

Tahun 2008, perang pertama –yang berlangsung selama 21 hari- pecah di Jalur Gaza. Hari-hari yang sulit itu berdampak negatif terhadap para siswa dan menghambat perkembangan pendidikan mereka. Akibat perang berturut-turut di wilayah itu, banyak siswa yang menghadapi masalah psikologi dan kesehatan yang memerlukan penanganan khusus. Saat konflik kedua dan ketiga di Gaza, sekolahnya bertambah hancur dan banyak kehilangan material. Pintu-pintu perlintasan ditutup, tidak ada jalan bagi para siswa, dan tidak ada pelatihan bagi para guru. Sekolah hanya menerima listrik selama empat jam dalam sehari.

Salah satu capaian terbaik Rana adalah meningkatkan kemajuan dalam matematika, sebuah peningkatan yang diakui oleh Kementerian Pendidikan berdasarkan nilai yang dicapai oleh para siswa. Namun yang lebih mengesankan, Rana telah mengantarkan sekolah pada capaian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia menjadi guru pertama yang menantang mengepungan dengan sebuah gagasan menggunakan layanan Webquest untuk membentuk komunitas pendidikan melalui jejaring sosial. Hal ini memungkinkan ia dan siswanya bertukar pengetahuan dan keterampilan dengan siswa lain di luar Jalur Gaza. Komunikasi membuat para siswa merasa bahwa mereka memiliki dunia yang lebih luas dari Gaza. Saat ini Rana menjadi pelatih untuk aplikasi serupa di Direktorat Gaza Timur. Rana dan siswanya telah menggelar pameran matematika pertama di Jalur Gaza, yang dikunjungi oleh sejumlah pejabat dari Kementerian Pendidikan dan lainnya.

Perdana Menteri Dr. Rami Al-Hamdallah menganugrahkannya State of Palestine Prize for Educational Creativity and Excellence pada 2014. Pada tahun itu, ia peroleh gelar Guru Terbaik Palestina –“Guru yang bersama para siswanya menantang tiga perang di Gaza”. Saat ini ia menjadi duta untuk Elham Palestine Foundation di Jalur Gaza. Rana pernah berharap, jika ia berhasil meraih Global Teacher Prize, ia berencana menggunakan tenaga surya untuk membawa Jalur Gaza keluar dari krisis energi, yang saat ini membatasi membuat sekolah-sekolah hanya menerima beberapa jam listrik dalam sehari.

(T.RA/S: Sources)

leave a reply