Sejumlah Pengusaha ternama di Palestina menolak hadir dalam Konferensi Bahrain yang diselenggarakan oleh AS

The New York Times melaporkan bahwa sejumlah pengusaha Palestina yang mendapatkan undangan memilih menolak hadir. Mereka menganggap langkah AS menyelenggarakan konferensi di Bahrain adalah penghinaan terhadap hak bangsa Palestina, seperti dikutip Rt Arabic (21/05/2019). 

BY 4adminEdited Wed,22 May 2019,01:19 PM

Jalur Gaza, SPNA - The New York Times melaporkan bahwa sejumlah pengusaha ternama Palestina yang mendapatkan undangan Konferensi Ekonomi di Manama menolak hadir.

Mereka menganggap kenferensi yang diusung AS tersebut penghinaan terhadap hak bangsa Palestina, seperti dikutip Rt Arabic (21/05/2019). 

Ibrahim Barham, CEO Safad Engineering and Electronics LTD, salah satu perusahaan elektronik terbesar yang beroperasi di Tepi Barat, menegaskan menolak berpartisipasi dalam konferensi Bahrain meskipun diundang.

Menurutnya, Konferensi Bahrain adalah strategi menghapus  kemerdekaan dan kedaulatan  Palestina . “AS selaku penyelenggara konferensi  menghapus aspirasi para calon investor karena tidak mendukung Palestina,’’ tukasnya.

Selain itu, Kepala Dewan Direksi perusahaan minuman Coca Cola Palestina, Zahi Khoury juga menolak undangan tersebut. “AS berani bicara soal strata hidup rakyat Palestina sebelum memenuhi tuntutan mereka untuk merdeka.”

Sejumlah pengusaha terkemuka lainnya juga menolak menghadiri Konferensi Ekonomi di Manama seperi Tariq Akkad.

“Jika Konferensi Ekonomi Bahrain diselenggarakan oleh negara selain Amerika Serikat maka seluruh pengusaha timur tengah akan berpartisipasi, sayangnya Konferensi tersebut diselenggarakan oleh pihak yang merusak perdamaian. AS Seolah berkata, saya berniat menguasai tanah dan merebut seluruh hak kalian, mari kita bicara soal ekonomi untuk kalian,” tukas Pengusaha Arab Saudi sekaligus CEO Perusahaan Investasi Arab Palestina, APIC tersebut.

Otoritas Palestina dan Hamas sebelumnya sudah menyerukan memboikot Konferensi tersebut.

Perdana Menteri Dr. Mohammed Shtayyeh menegaskan bahwa Palestina menolak menjual kemerdekaan negara demi duit.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Palestina, Nabil Abu Rudeina, menegaskan bahwa konferensi ekonomi di Manama yang di usung oleh Washington tidak akan membuahkan hasil.

Dia juga menegaskan bahwa Palestina tidak akan menerima negosiasi yang tidak menjamin kemerdekaan dan kedaulatan penuh dimana Al-Quds timur sebagai ibukotanya.

Konferensi Ekonomi Manama diprediksi akan dihadiri sejumlah Menteri Ekonomi Timur Tengah dan usahawan terkemuka sebagai langkah awal deklarasi Kesepakatan Abad Ini oleh AS.

Kesepakatan Abad ini diprediksi akan merugikan Palestina. Hal ini karena butir kesepakatan yang diusung AS tersebut bias dan tidak mendukung solusi dua Negara serta tidak menjamin kemerdekaan Palestina, seperti dilansir Washington Post.

Sebelumnya 37 Mantan Presiden dan Menteri Luar Negeri Eropa menandatangani sebuah petisi menyerukan Uni Eropa mendukung solusi dua negara serta menolak Kesepakatan Abad Ini jika tidak menghormati hukum internasional.

Selain itu, Mantan Wakil Presiden Mesir, Muhammad El-Baradei mengatakan bahwa Kesepakatan Abad ini yang dirumuskan AS bertujuan untuk menghapus sisa-sisa hak bangsa Palestina.

Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional tersebut juga menyerukan agar Negara Arab bersatu melawan kebijakan Trump yang bertujuan menghapus hak-hak bangsa Palestina.

(T.RS/S:RtArabic)

leave a reply
Posting terakhir