Al-Quds, SPNA - Yordania menyeru Israel untuk segera menghentikan "provokasi" di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, dan memperingatkan bahwa hal ini bisa memicu siklus kekerasan baru di kawasan Timur Tengah, Anadolu Agency melaporkan.
Ratusan pemukim memaksa masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa pada hari Minggu (02/06/2019), di hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan.
Hal ini telah memicu bentrokan antara jamaah Muslim dan polisi Israel, yang menyerang sejumlah jemaah selama terjadinya bentrokan.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Yordania memperingatkan "konsekuensi berbahaya dari praktik Israel yang provokatif dan menjengkelkan, yang akan menyeret kawasan itu ke dalam siklus kekerasan baru yang dapat mengancam keamanan kawasan secara keseluruhan."
Ia menyerukan pihak berwenang Israel untuk "segera menghentikan semua provokasi ini", yang digambarkan sebagai hal yang "tidak masuk akal, tidak bertanggung jawab, ditolak dan dikutuk."
Yordania melalui Badan Wakaf bertugas mengawasi situs-situs suci Muslim dan Kristen di Yerusalem.
Kekerasan pada hari Minggu terjadi setelah seruan oleh kelompok-kelompok Yahudi terhadap para pemukim untuk berkumpul di situs tersebut guna menandai apa yang mereka sebut "penyatuan kembali Yerusalem."
Israel secara ilegal menduduki Yerusalem Timur, tempat Masjid Al-Aqsa berada, sejak Perang Arab-Israel 1967.
Dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional, Israel mencaplok seluruh kota itu pada tahun 1980, mengklaimnya sebagai ibu kota negara yang "abadi dan tak terbagi" yang diproklamirkan oleh negara Yahudi tersebut.
Bagi umat Islam, Al-Aqsa mewakili merupakan tempat suci ketiga di setelah Mekah dan Madinah. Orang-orang Yahudi, menyebut daerah itu sebagai "Gunung Bait Suci," dan mengklaim bahwa itu adalah situs dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Hukum internasional terus memandang baik Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai wilayah pendudukan.
(T.RA/S: MEMO)