WHO Naikan Status Ancaman Corona ke Level Tertinggi

Meksiko, Nigeria, Estonia, Denmark, Belanda dan Lithuania melaporkan kasus pertama mereka yang menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meningkatkan peringatan risiko dampak virus ini pada level "tertinggi".

BY Edited Sat,29 Feb 2020,01:52 PM

Geneva

Geneva, SPNA - Penyebaran  begitu cepat telah meningkatkan kekhawatiran akan potensi virus corona atau COVID-19 menjadi pandemi. Jumat (28/02/2020), enam negara melaporkan kasus pertama mereka, yang menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meningkatkan peringatan risiko dampak virus ini pada level "tertinggi", Reuters melaporkan.

Harapan bahwa epidemi yang dimulai dari China akhir tahun lalu ini akan berakhir dalam beberapa bulan ini dan perekonomian akan segera pulih nampaknya tipis.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa lembaganya tidak bisa menaksir risiskonya.

"Itulah mengapa hari ini kami menaikkan risikonya secara global menjadi sangat tinggi," tuturnya pada wartawan di Geneva. "Kami meningkatkan statusnya dari 'tinggi' menjadi 'sangat tinggi','

Juru bicara WHO Christian Lindmeier mengungkapkan bahwa skenario virus corona mencapai beberapa atau semua negara "adalah sesuatu yang telah kami saksikan dan peringatkan sejak beberapa waktu lalu."

Swiss bersama beberapa negara lain telah melarang penyelenggaraan kegiatan berskala besar guna mencoba menghentikan epidemi. Sontak, pameran mobil internasional Genewa yang sejatinya digelar pekan depan, harus dibatalkan. Meskipun ini menjadi pameran yang sangat penting bagi dunia industri.

Tedros mengatakan bahwa China telah melaporkan 329 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Angka ini menjadi yang terendah dalam lebih dari sebulan terakhir. Setidaknya 78.800 kasus infeksi COVID-19 telah tercatat dengan 2.800 kematian.

Tiga maskapai penerbangan China memperbarui beberapa penerbangan internasional

Meksiko, Nigeria, Estonia, Denmark, Belanda dan Lithuania melaporkan kasus pertama mereka. Semuanya korban tercatat memiliki sejarah perjalanan yang terhubung ke Italia, negara Eropa yang paling parah terkena dampak COVID-19. Meksiko adalah negara Amerika Latin kedua yang melaporkan kasus virus ini setelah Brasil.

Negara-negara selain China sekarang menyumbang sekitar tiga perempat dari jumlah infeksi baru.

Bulgaria mengatakan bahwa pihaknya siap untuk mengerahkan 1.000 tentara dan peralatan militer ke perbatasan dengan Turki untuk mencegah masuknya migran ilegal saat mereka meningkatkan langkah-langkah melawan virus corona. Negara ini belum melaporkan adanya kasus corona di wilayahnya.

Mongolia, yang belum mengonfirmasi satu kasus pun, menempatkan presidennya, Battulga Khaltmaa, di karantina sebagai tindakan pencegahan setelah ia kembali dari perjalanan ke China, media pemerintah melaporkan.

Seorang pejabat China mengatakan bahwa beberapa pasien yang sembuh kembali ditemukan tertular. ini menunjukkan bahwa epidemi ini mungkin lebih sulit untuk diberantas daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Lindmeier mengatakan, WHO sangat hati-hati memeriksa laporan beberapa orang yang terinfeksi ulang.

Selain menimbun pasokan medis, beberapa negara memerintahkan sekolah tutup dan membatalkan pertemuan besar untuk mencoba menghentikan ini.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan memohon kekuatan khusus untuk memperluas produksi alat pelindung.

Di Eropa, Jerman memperingatkan tentang epidemi yang akan datang dan Yunani, pintu gerbang bagi para pengungsi dari Timur Tengah, mengumumkan kontrol perbatasan yang lebih ketat.

Jumlah korban tewas di Italia naik menjadi 17 dan mereka yang dites positif naik menjadi 655. Jerman memiliki hampir 60 kasus, Prancis sekitar 38 dan Spanyol 23, menurut hitungan Reuters.

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir

Di Sejumlah Negara Teluk, Kasus Corona Hampir Capai Rekor Tertinggi

Arab Saudi telah menangguhkan akses masuk warga asing dari 20 negara tanpa batas waktu, dengan pengecualian diplomat dan pekerja medis. Arab Saudi baru-baru ini mencatat lebih dari 300 kasus per hari. Meskipun jumlahnya, jauh lebih sedikit dari rekor yang dicapai tahun lalu, ketika jumlah kasus harian mendekati empat ribu, angka ini bagi Arab Saudi sudah tergolong besar.