Gaza, SPNA - Lembaga Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), pada Sabtu (21/10/2023), mengumumkan telah mengangkut lebih dari 44.000 botol air minum ke Jalur Gaza melalui pintu penyeberangan Rafah pada hari Sabtu. Namun, jumlah tersebut hanya cukup bagi 22.000 orang untuk satu hari saja.
Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, mengatakan bahwa satu juta anak di Jalur Gaza pada saat ini menghadapi krisis perlindungan dan kemanusiaan yang kritis.
“Penyediaan air adalah masalah hidup dan mati, yang setiap menitnya cukup penting. Air dalam jumlah terbatas yang pertama ini akan menyelamatkan banyak nyawa. Namun kebutuhannya sangat mendesak dan sangat besar. Tidak hanya air, akan tetapi juga makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan barang-barang penting lainnya. Kita menghadapi ancaman nyata berupa wabah penyakit yang mengancam jiwa,” kata Catherine Russell.
Setelah sebagian besar infrastruktur Gaza, termasuk sistem air dan sanitasi yang penting, hancur sejak dua minggu pemboman Israel. Sementara itu, kapasitas produksi air hanya lima persen dari tingkat normal. Populasi Gaza yang berjumlah sekitar 2,3 juta penduduk Jalur Gaza pada saat ini kekurangan sumber daya air.
Hampir satu juta orang telah mengungsi, hampir setengah dari pengungsi ini merupakan anak-anak. mayoritas anak-anak ini mengungsi di tempat penampungan yang penuh sesak dengan akses yang sangat terbatas terhadap air, sanitasi, dan kebersihan, kondisi yang sangat berbahaya bagi anak-anak.
UNICEF mengatakan pihaknya telah menyimpan pasokan darurat tambahan bagi 250.000 orang di pintu penyeberangan Rafah yang dapat dibawa ke Jalur Gaza dalam beberapa jam dan masih banyak lagi yang akan dikirim. UNICEF menekankan pentingnya akses aman dengan mematuhi hukum perang yang memungkinkan pasokan kemanusiaan untuk dapat menjangkau anak-anak dan keluarga yang membutuhkan di mana pun mereka berada.
UNICEF menyerukan beberapa hal, di antaranya:
-Pembukaan seluruh penyeberangan ke Gaza untuk pergerakan pasokan kemanusiaan dan pekerja kemanusiaan.
-Pemberian izin bagi kasus-kasus medis mendesak di Jalur Gaza untuk meninggalkan atau dapat menerima layanan kesehatan penting.
-Akses yang aman dan berkelanjutan terhadap air, makanan, dan Kesehatan, di mana bahan bakar sangat penting untuk memungkinkan layanan-layanan penting ini.
-Penghormatan dan perlindungan terhadap infrastruktur sipil seperti tempat penampungan pengungsi, fasilitas kesehatan, listrik, air, dan sanitasi.
-Perlindungan terhadap misi medis untuk mencegah wabah penyakit dan memberikan perawatan kepada korban sakit dan luka-luka.
Pada Sabtu pagi, truk bantuan mulai menyeberang dari darat Rafah dari Mesir ke Jalur Gaza, di mana konvoi 20 truk masuk ke sana bersama Bulan Sabit Merah Mesir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Program Pangan Dunia (WFP). Setelah 20 truk bantuan in masuk, penyeberangan Rafah kembali ditutup, di mana bantuan ini sangat tidak mencukupi bagi penduduk Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina, pada Minggu siang (22/10), mengumumkan bahwa agresi Israel di Jalur Gaza sejauh ini telah menyebabkan 4.651 penduduk Palestina meninggal dunia, termasuk di antaranya 1.873 anak-anak, 1.023 perempuan, dan 187 lanjut usia. Sementara itu sebanyak 14.245 penduduk Palestina lainnya mengalami luka-luka.
(T.FJ/S: RT Arabic)