Jenin, SPNA – Enam warga Palestina pada hari Minggu (07/01/2024), meninggal dunia di Jenin, Tepi Barat, dalam sebuah serangan drone Israel.
“Pemboman pendudukan Israel terhadap sekelompok warga menewaskan enam orang di Jenin,” kata Kementerian Kesehatan yang dikelola Otoritas Palestina, yang berbasis di Ramallah.
Dikutip dari media lokal Palestina, Wafa, bahwa di antara enam korban, empat di antaranya adalah bersaudara.
Menggambarkan kengerian serangan tersebut, saksi mata, Dr Mujahid Nazzal, mengatakan, “Salah satu korban kepalanya terpisah total dari badannya.”
“Sepertinya misil itu langsung mengenai dia. Anggota badan lainnya dipotong. Orang ketujuh terluka parah dan dibawa dengan ambulans.” Tambahnya.
Ahmed Suleiman, saksi lainnya, menambahkan: “Serangan udara terjadi di pintu masuk Jenin di daerah yang disebut Segitiga Martir. Anda dapat melihat efek dari misil tersebut. Darah dan bagian tubuh berserakan dimana-mana.”
Serangan tersebut dipercaya merupakan aksi balas dendam atas terbunuhnya seorang polisi Israel yang tewas pada Sabtu (06/01) saat melaukan penyisiran ke wilayah warga Palestina Tepi Barat. Iringan mobil militernya diserang dengan bahan peledak oleh warga Palestina yang menunggu kedatangan mereka di pinggiran jalan di wilayah Jenin.
Militer Israel dalam rilisnya menyebutkan bahwa serangan tersebut ditujukan kepada sekelompok “teroris”. Namun Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa korban hanyalah warga sipil.
Sumber lokal mengatakan kepada Al Jazeera bahwa korban tewas bukanlah para pejuang, hanya warga sipil yang sedang menghangatkan badan di dekat api unggun.
Kekerasan di Tepi Barat, sejak dimulainya perang Israel dengan Hamas yang berbasis di Gaza, telah meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hampir dua dekade. Pasukan Israel melakukan serangan rutin di wilayah pendudukan, terutama di kawasan Jenin dan kamp pengungsi di dekatnya.
Sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober, setidaknya 327 orang di Tepi Barat telah dibunuh oleh tentara atau pemukim Israel, menurut kementerian kesehatan Palestina.
(T.HN/S: France24)
