Karyawan Google Ditangkap karena Memprotes Hubungan Perusahaan dengan Pemerintah Israel

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan pergi sampai Google menarik diri dari kontrak kecerdasan buatan dan pengawasan senilai $1,2 miliar antara Israel, Google, dan Amazon.

BY 4adminEdited Wed,17 Apr 2024,12:04 PM

New York, SPNA – Karyawan raksasa teknologi, Google, ditangkap setelah mengadakan protes duduk di kantor perusahaan di New York dan Sunnyvale, California selama lebih dari sembilan jam.

Dilaporkan bahwa lusinan karyawan Google mengadakan aksi duduk pada hari Selasa (16/04/2024) di kantor google di New York City dan Sunnyvale, California, untuk memprotes kerja sama perusahaan tersebut dengan Israel.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan pergi sampai Google menarik diri dari kontrak kecerdasan buatan dan pengawasan senilai $1,2 miliar antara Israel, Google, dan Amazon.

Karyawan Google telah lama menentang proyek “Nimbus”, dan para karyawan Palestina menggambarkan proyek tersebut sebagai“bias yang dilembagakan” di dalam perusahaan.

Para karyawan yang berpartisipasi dalam aksi duduk tersebut mengenakan kemeja bertuliskan “Jatuhkan Proyek Nimbus” dan sebuah spanduk digantung bertuliskan, “Tidak ada teknologi untuk genosida.”

Para pengunjuk rasa duduk di kantor Kepala Eksekutif Google Cloud Thomas Kurian pada hari Selasa dan bertahan di sana selama sekitar 9 jam.

Mereka menuntut Google dan Amazon membatalkan Project Nimbus dan menghentikan “pelecehan, intimidasi, intimidasi, pembungkaman, dan sensor” terhadap pekerja Google yang berasal dari Palestina, Arab, dan Muslim yang telah menyatakan keprihatinannya mengenai pekerjaan perusahaan di Israel dan perang Gaza.

Pada Selasa malam, Google memerintahkan penangkapan sembilan pekerja di Sunnyvale dan New York.

Google bulan lalu juga memecat seorang pekerja yang memprotes pidato eksekutif puncak Google di Israel pada sebuah konferensi di New York.

“Sebagai Insinyur Perangkat Lunak di Google Cloud, sungguh mengerikan membayangkan kode yang saya tulis dapat digunakan oleh Militer Israel dalam genosida pertama yang didukung AI,” kata insinyur perangkat lunak Google Cloud William (Billy) Van Der Laar dari Sunnyvale di sebuah pernyataan. “Kami datang ke Google bukan untuk mengerjakan teknologi yang mematikan. Dengan terlibat dalam kontrak ini, kepemimpinan telah mengkhianati kepercayaan kami, Prinsip AI, dan kemanusiaan kami.”

Dilansir dari Latimes.com, Google, yang berbasis di Mountain View, California, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

(T.HN/S: Aljazeera)

leave a reply
Posting terakhir