Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel: Jika Palestina Mati, Kemanusiaan Juga Mati

“Jika Palestina mati, kemanusiaan juga mati. Kami tidak akan membiarkannya mati. Negara-negara (lain) tidak bisa hanya berpangku tangan menghadapi kejadian di Gaza,” kata Gustavo Petro.

BY 4adminEdited Sat,04 May 2024,03:21 PM

Bogota, SPNA - Kementerian Luar Negeri Kolombia, pada Jumat (03/04/2024), mengumumkan bahwa secara resmi memberi tahu duta besar Israel di Bogota tentang pemutusan hubungan diplomatik antara Kolombia dan Israel.

“Kemarin, catatan verbal secara resmi telah disampaikan kepada duta besar Israel untuk Kolombia terkait keputusan pemerintah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Negara Israel mulai hari ini,” kata Kementerian Luar Negeri Kolombia.

Kementerian Luar Negeri Kolombia juga menyebutkan bahwa Duta Besar Israel di Bogota juga telah diberitahu bahwa proses dan waktu pemulangan petugas diplomatik akan dikoordinasikan melalui Direktorat Protokol Kementerian Luar Negeri. Sementara itu, niat untuk mempertahankan aktivitas masing-masing bagian konsuler di Tel Aviv dan Bogota juga telah diratifikasi.

Sebelumnya, pada Rabu (01/05), Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengumumkan niatnya untuk segera melakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel akibat perang genosida yang dilancarkan Israel terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza.

Gustavo Petro mengkritik keras Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan juga mendukung upaya Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida dalam kasus yang diajukan ke Mahkamah Internasional. Dalam pidato Gustavo Petro di hadapan masyarakat Kolombia dalam rangka Hari Buruh Internasional, ia memastikan pengumuman terkait hal tersebut akan segera diumumkan pada keesokan harinya, pada hari Kamis.

“Di sini, di hadapan Anda, pemerintahan transisi, Presiden Republik (Kolombia), mengumumkan bahwa hubungan diplomatik dengan Negara Israel akan dihentikan besok,” kata Gustavo Petro.

Dalam pidatonya, Petro menekankan bahwa hubungan dengan Tel Aviv akan dihentikan karena genosida Israel terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza.

“Jika Palestina mati, kemanusiaan juga mati. Kami tidak akan membiarkannya mati. Negara-negara (lain) tidak bisa hanya berpangku tangan menghadapi kejadian di Gaza,” kata Gustavo Petro.

Sebelumnya, Presiden Kolombia melakukan ancaman untuk memutuskan hubungan dengan Israel jika Israel tidak mematuhi resolusi gencatan senjata yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB pada 25 Maret.

Gustavo Petro adalah presiden sayap kiri pertama Kolombia. Sebelumnya, ia juga melontarkan kritik keras terhadap Israel setelah perang genosida yang dilancarkan Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza. Pada 20 Februari lalu, ia membandingkan serangan Israel di Jalur Gaza dengan Holocaust Yahudi yang dilakukan Nazi.

Kolombia dan Brasil mendukung pengaduan yang diajukan oleh Afrika Selatan terhadap Israel di hadapan Mahkamah Internasional dan menuduhnya melanggar Konvensi Genosida yang disetujui pada tahun 1948.

Pada bulan Februari, Kolombia juga mengumumkan penangguhan pembelian senjata yang diproduksi Israel, setelah lebih seratus penduduk sipil Palestina dibom Israel ketika berkumpul untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan di Gaza Utara.

“Sambil menunggu makanan, lebih dari 100 penduduk sipil Palestina dibunuh oleh Netanyahu. Ini adalah genosida dan mengingatkan kita pada tragedi Holocaust, meskipun negara-negara besar tidak mau mengakuinya,” kata Gustavo Pedro pada saat itu.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza. Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Jumat (03/05), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 34.622  orang dan 77.867  lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir