Persiapan Serangan Darat, Israel Beri Tahu Mesir

Lazzarini menambahkan bahwa serangan Israel akan mendorong masyarakat ke titik kehancuran, dan membuat ratusan ribu orang menghadapi bahaya lebih lanjut. Sebelumnya Israel menyebut bahwa Rafah adalah zona aman, akan tetapi Rafah juga kerap kali dibombardir Israel sejak 7 Oktober. Serangan Israel terhadap Rafah kali ini diperkirakan akan menghancurkan sedikit sisa kehidupan pengungsi dan penduduk Palestina yang mencari keamanan di selatan Palestina, khususnya di kota Rafah.

BY 4adminEdited Mon,06 May 2024,06:28 PM

Gaza, SPNA - Radio Militer Israel, pada Senin (05/05/2024), melaporkan bahwa pejabat Israel memberi tahu Mesir pada Minggu malam tentang dimulainya proses evakuasi penduduk dan pengungsi Palestina dari kota Rafah di selatan Jalur Gaza.

Radio Militer Israel mengumumkan bahwa operasi evakuasi wilayah timur Rafah melibatkan sekitar 100.000 orang, setelah Israel menyerukan penduduk Palestina untuk pergi sebagai persiapan kemungkinan operasi darat di kota tersebut.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penduduk dan pengungsi di kota Rafah pada saat ini berjumlah sekitar 1,2 juta orang, yang sebagian besar merupakan pengungsi dari daerah lain di Jalur Gaza akibat perang genosida Israel yang telah berlangsung selama tujuh bulan. Jika serangan darat ini dilakukan ini akan menimbulkan krisis kemanusiaan dan kehancuran yang lebih parah lagi.

Dalam konteks ini, Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant memberi tahu rekannya dari Amerika, Lloyd Austin, bahwa Israel tidak punya pilihan selain melancarkan serangan terhadap Rafah di Jalur Gaza selatan.

Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Gallant, Menteri Pertahanan Israel menjelaskan berbagai upaya yang dilakukan Israel untuk mencapai kesepakatan untuk membebaskan para sandera dan gencatan senjata sementara. Ia menuding pejuang Palestina pada tahap ini menolak proposal apa pun yang memungkinkan hal ini.

Kelompok perlawanan Palestina, termasuk Hamas, menyampaikan bahwa pihak mereka meminta gencatan senjata permanan, tarik mundur semua tentara Israel dari Jalur Gaza, pemulangan semua sandera dan tawanan Palestina di penjara Israel. Palestina juga meminta akses bantuan kemanusiaan dibuka ke Jalur Gaza, agar bisa membangun kembali Jalur Gaza yang sudah hancur akibat genosida Israel. Namun, Israel menolak gencatan senjata permanen dan penarikan semua pasukan militer dari Jalur Gaza.

Sementara itu, Komisaris Jenderal Lembaga Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan bahwa setiap serangan militer Israel terhadap kota Rafah di selatan Jalur Gaza akan menambah tragedi semakin bertambah parah bagi penduduk Palestina di Jalur Gaza dan akan meningkatkan kelaparan di kalangan penduduk dan pengungsi.

Lazzarini menambahkan bahwa serangan Israel akan mendorong masyarakat ke titik kehancuran, dan membuat ratusan ribu orang menghadapi bahaya lebih lanjut. Sebelumnya Israel menyebut bahwa Rafah adalah zona aman, akan tetapi Rafah juga kerap kali dibombardir Israel sejak 7 Oktober. Serangan Israel terhadap Rafah kali ini diperkirakan akan menghancurkan sedikit sisa kehidupan pengungsi dan penduduk Palestina yang mencari keamanan di selatan Palestina, khususnya di kota Rafah.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza. Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Minggu (05/05), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi sekitar 34.683  orang dan 78.018  lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: RT Arabic)

 

leave a reply
Posting terakhir

Investigasi Ungkap Israel Tahu Serangan Hamas 7 Oktober, Begini Ceritanya

Pejabat senior di tubuh militer Israel mengadakan konsultasi yang mendesak pada malam hari sebelum serangan Badai Al-Aqsha terjadi. Namun, tidak ada satu pun pejabat militer yang memperingatkan penyelenggara atau peserta festival musik dan bahkan ketika serangan terjadi, selama 9 jam tidak ada tim militer yang datang untuk menyelamatkan mereka.