Konferensi Pers Spanyol dan Belgia di Rafah Bikin Marah Israel, Apa Isinya?

“Mari kita hentikan kekerasan. Ayo bebaskan para sandera. Ayo kirim bantuan kemanusiaan. Prioritasnya (sekarang) adalah membantu orang-orang di dalam (Jalur Gaza). Pembunuhan warga sipil harus dihentikan. Israel harus menghormati hukum internasional dan pembunuhan penduduk sipil harus segera dihentikan. Terlalu banyak orang yang meninggal. Kehancuran Gaza tidak bisa diterima,” kata Alexander De Croo.

BY 4adminEdited Sun,26 Nov 2023,01:12 AM

Gaza, SPNA - Perdana Menteri Spanyol dan Belgia, pada Jumat (24/11/2023) mengadakan konferensi pers di penyeberangan Rafah di sisi Mesir beberapa jam sebelum para sandera dibebaskan, dan membuat pernyataan mengejutkan kepada Israel.

Israel menyebut penyataan Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, dan Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo, anti-Israel dan provokatif.

Spanyol dan Belgia mengkritik Israel atas penderitaan warga sipil Palestina. Pedro Sanchez meminta internasional untuk mengakui negara Palestina, dengan menyatakan: “Spanyol dapat melakukannya sendiri jika Uni Eropa tidak setuju untuk mengakuinya”.

Pedro Sanchez menyampaikan hal tersebut pada akhir kunjungan dua hari ke Israel dan wilayah Palestina, didampingi oleh Alexander De Croo. Spanyol pada saat ini menjabat sebagai presiden Uni Eropa, sementara Belgia akan menjadi presiden pada bulan Januari mendatang.

Ketika berada di Rafah, Mesir, di perbatasan dengan Gaza, Pedro Sanchez, mengungkapkan kecaman keras terhadap tindakan Israel yang dianggapnya melanggar norma kemanusiaan. Ia mengutuk keras pembunuhan massal penduduk sipil Palestina yang tidak berdosa tanpa pandang bulu, termasuk ribuan anak-anak dan perempuan, yang dilakukan tentara zionis Israel. Sanchez menuduh Tel Aviv dengan sengaja melanggar batas-batas hukum kemanusiaan.

Adapun di antara hal yang dikatakan Pedro Sanchez kepada Netanyahu adalah bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri, akan tetapi harus mematuhi standar hukum internasional.

“Hal ini tidak terjadi sekarang. Pembunuhan tanpa pandang bulu (Israel) terhadap penduduk sipil, anak perempuan dan laki-laki, benar-benar tidak dapat diterima,” kata Pedro Sanchez.

Hal yang sama juga disampaikan Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo. Alexander De Croo menegaskan bahwa penghancuran Jalur Gaza tidak dapat diterima dan respons Israel terhadap serangan mematikan Hamas di Jalur Gaza pada 7 Oktober harus menghormati hukum humaniter internasional.

“Mari kita hentikan kekerasan. Ayo bebaskan para sandera. Ayo kirim bantuan kemanusiaan. Prioritasnya (sekarang) adalah membantu orang-orang di dalam (Jalur Gaza).  Pembunuhan warga sipil harus dihentikan. Israel harus menghormati hukum internasional dan pembunuhan penduduk sipil harus segera dihentikan. Terlalu banyak orang yang meninggal. Kehancuran Gaza tidak bisa diterima,” kata Alexander De Croo.

Israel menuduh kedua perdana menteri tersebut tidak menyinggung serangan Hamas. Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, mengutuk pernyataan kedua perdana menteri tersebut.

“Kami mengutuk tuduhan palsu yang dibuat Perdana Menteri Spanyol dan Belgia yang mendukung terorisme,” kata Eli Cohen.

Menteri Luar Negeri Spanyol menanggapi seruan tersebut dengan menyatakan bahwa tuduhan pemerintah Israel salah dan menolak pernyataan Eli Cohen.

“Kami menolak sepenuhnya pernyataan (Israel) tersebut. Sikap Perdana Menteri Spanyol lebih mendekati moderasi. Perdamaian adalah satu-satunya cara untuk mencapai solusi,” kata Menteri Luar Negeri Spanyol.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, hingga pada Kamis (24/11/2023), sebanyak lebih 14.854 penduduk Palestina meninggal dunia dalam serangan udara militer pendudukan Israel sejak 7 Oktober, di mana lebih 6.150 adalah anak-anak dan lebih 4.000 perempuan.

(T.FJ/S: RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir

Palestina Marah, Al-Aqsha Dinodai Foto Perempuan Israel “Tak Senonoh”

Masjid Al-Aqsha terus menerus menjadi target serbuan yang dilakukan pemukim Yahudi hampir setiap hari, kecuali pada Jumat dan Sabtu. Sementara itu, tentara pendudukan Israel terus mengganggu  dan membatasi jamaah muslim yang masuk ke kompleks Al-Aqsha, mulai dengan pendirian pos pemeriksaan militer, pemeriksaan rutin, hingga deportasi jamaah muslim Palestina dari kawasan Al-Aqsha.