PBB: Puing-puing Kehancuran Gaza Diperkirakan Capai 37 Juta Ton dan Butuh 14 Tahun untuk Menghilangkannya

Per Lodhamar menyatakan dalam pernyataan pers regulernya kepada PBB di Jenewa bahwa pekerjaan untuk menghilangkan puing-puing di Jalur Gaza akan memakan waktu hingga 14 tahun dengan asumsi menggunakan sekitar 100 truk per hari. Ia menekankan bahwa bom yang tidak meledak bercampur dengan puing-puing, sehingga akan sangat mempersulit tugas tersebut.

BY 4adminEdited Sun,28 Apr 2024,04:30 AM

Gaza, SPNA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagaimana dilansir RT Arabic, pada memperkirakan volume reruntuhan dan puing-puing yang harus dihilangkan di Jalur Gaza sekitar 37 juta ton, seiring gencarnya pemboman Israel dan penghancuran bangunan yang terus berlanjut sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini.

“Kami memperkirakan terdapat 37 juta ton puing atau sekitar 300 kilogram puing per meter persegi, di Jalur Gaza, yang sebelum perang merupakan wilayah padat penduduk dan perkotaan,” kata Per Lodhamar, pejabat Lembaga Pekerjaan Ranjau PBB, lembaga yang bekerja untuk menghilangkan ancaman yang ditimbulkan oleh ranjau dan sisa-sisa bahan peledak perang.

Per Lodhamar menyatakan dalam pernyataan pers regulernya kepada PBB di Jenewa bahwa pekerjaan untuk menghilangkan puing-puing di Jalur Gaza akan memakan waktu hingga 14 tahun dengan asumsi menggunakan sekitar 100 truk per hari. Ia menekankan bahwa bom yang tidak meledak bercampur dengan puing-puing, sehingga akan sangat mempersulit tugas tersebut.

Lodhamar menambahkan bahwa tidak kurang dari 10 persen amunisi yang ditembakkan dalam konflik tidak meledak dan ini merupakan ancaman terus-menerus terhadap penduduk, tim pencari jenazah korban, dan ancaman bagi masyarakat maupun pekerja yang bertugas menghilangkan puing-puing.

Per Lodhamar berbicara tentang pertemuan baru-baru ini yang diadakan di Amman dengan Program Pembangunan PBB dan organisasi-organisasi non-pemerintah, yang ditujukan untuk mencari cara terbaik untuk menghilangkan puing-puing yang bercampur dengan bahan peledak.

Pernyataan pejabat tersebut didasarkan pada pengalamannya di bidang ini, karena ia sebelumnya pernah melakukan misi yang sama di Irak, akan tetapi dalam skala yang lebih kecil. Ia menjelaskan bahwa 65 persen bangunan yang hancur adalah unit hunia penduduk Palesttina di Jalur Gaza.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Amnesty International Amerika Serikat, Paul O'Brien, mengatakan bahwa Israel melakukan kejahatan perang genosida di Jalur Gaza dengan menggunakan amunisi Amerika Serikat. Ia menekankan bahwa penelitian Amnesty International menegaskan bahwa tentara Israel melakukan kejahatan perang terhadap penduduk sipil Palestina.

“Untuk alasan ini, kami menyerukan Amerika Serikat untuk berhenti mengirimkan senjata yang digunakan untuk melakukan kejahatan perang,” kata Paul O'Brien.

Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza. Israel terus menerus melakukan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Sabtu (27/03), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 34.388 orang dan 77.437  lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,9 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.

(T.FJ/S: RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir