Ini Dia Profile Khader Adnan, Tahanan Palestina Yang Meninggal Mogok Makan di Penjara Israel

Di luar penjara, sang istri terus memperjuangkan kebebasan untuk suaminya tersebut. Sejumlah gedung pemerintahan dia datangi, berpindah dari satu kantor berita ke kantor berita yang lain, serta menghadiri berbagai aksi solidaritas yang diadakan oleh warga. Dengan tujuan agar kondisi suaminya dapat diketahui oleh khalayak umum.

BY 4adminEdited Wed,03 May 2023,10:03 AM

Ramallah, SPNA – Seorang tahanan Palestina, Khader Adnan (44 tahun), Selasa (02/05/2023), meninggal dunia di penjara Israel setelah melakukan mogok makan selama 86 hari. Pihak Palestina menilai itu sebagai salah satu aksi pembunuhan terencana yang dilakukan Israel terhadap warganya.

Khader Adnan lahir pada 24 Maret 1978 di Arraba, sebuah kota kecil di kegubernuran Hebron, Tepi Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengas Atas tahun 1996, Khader melanjutkan pendidikan di Universitas Birzeit, Ramallah.

Gelar sarjana di jurusan Matematika Ekonomi berhasil ia peroleh secara resmi pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan pasca sarjana di jurusan dan universitas yang sama.

Di samping merupakan akademisi, Khader juga terjun di bidang politik. Ia terdaftar sebagai salah satu anggota di Gerakan Jihad Islam Palestina (Jihad Islami). Gerakan yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Jepang, Kanada dan Australia.

Sejak masih dibangku kuliah, Khader sudah merasakan bagaimana suasana mendekam di balik jeruji besi. Pertama kali dia ditangkap pada tahun 1998.

Ditangkap oleh Keamanan Palestina karena dianggap sebagai provokator atas aksi penyerangan dengan lemparan batu terhadap perdana Menteri Perancis Lionel Jospin ketika mendatangi Universitas Birzeit.  Dia menghabiskan 10 hari masa tahanan di penjara pemerintah dengan melakukan aksi mogok makan.

Ketika masih berstatus sebagai mahasiswa, Khader juga pernah mengalami dua kali penangkapan lainnya. Dengan masing-masingg durasi 4 bulan dan satu tahun.

Penangkapan oleh keamanan pemerintah Palestina terhadapnya juga terjadi pada tahun 2010. Dia juga menghabiskan masa tahanan selama 12 dengan mogok makan.

Penangkapan paling dikenang dari Khader adalah pada tahun 2011. Ketika itu dia menjadi satu-satunya tahanan yang melakukan mogok makan terpanjang  di penjara Israel. Dia melakukan puasa makan selama 65 hari sebelum kemudian dibebaskan pada bulan April 2012.

Secara keseluruhan, dalan kurun waktu selama 9 tahun terakhir, Khader sudah keluar masuk  penjara Israel sebanyak 12 kali. Sebagian besarnya adalah jenis penangkapan administratif.

Sedangkan yang terkahir, Khader ditangkap pada 5 Februari lalu. Sebagai aksi penolakan atas penangkapan tanpa tuduhan dan pengadilan (penangkapan administratif), Khader langsung mengumumkan mogok makan sedari awal berada di penjara.

Khader di tangkap dini hari di rumahnya. Istrinya menceritakan bahwa Dia telah memberitahukan kepada pihak penjara Israel  akan melakukan mogok makan.

Ketika kondisi kesehatannya memburuk, Ayah dari sembilan bersaudara (5 laki-laki dan 4 perempuan, yang paling tua berumur 14 tahun dan paling kecil berumur di bawah 2 tahun) itu kemudian di pindahkan ke ruangan isolasi di Rumah Sakit Penjara Ramla. Rumah sakit yang oleh media Arab disebut sebagai kuburannya para tahanan.

Di luar penjara, sang istri terus memperjuangkan kebebasan untuk suaminya tersebut. Sejumlah gedung pemerintahan dia datangi, berpindah dari satu kantor berita ke kantor berita yang lain, serta menghadiri berbagai aksi solidaritas yang diadakan oleh warga. Dengan tujuan agar kondisi suaminya dapat diketahui oleh khalayak umum.

Sebelum meninggal, Khader meninggalkan sebuah pesan perjuangan. “Jangan pernah berputus asa meski apapun yang dilakukan oleh Israel. Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”.

Pasca Meninggal

Meninggalnya Khader Adnan menjadi topik hangat di media Palestina dan Arab. Berbagai aksi solidaritas diadakan masyarakat untuk mengecam Israel.

Pemerintah Palestina sendiri melalui Kementerian Luar Negerinya meminta Israel untuk bertanggung jawab atas tindakan kriminal yang disebut sebagai “eksekusi mati” itu.

Dalam jumpa pers pada Selasa (02/05), Kemenlu meminta Komite Investigasi Internasional agar turun tangan mencatat setiap detail kejahatan Israel tersebut.

Dilansir dari sputnikarabic.ae, hal yang sama juga disampaikan Jihad Islami dan Hamas. Dalam pernyataannya Jihad Islami bahkan berjanji akan memberikan balasan kepada Israel.  “Ini adalah kejahatan yan dilakukan secara nyata di depan mata dunia. Ini tidak akan berlalu begitu saja tanpa balasan.” Sebut Jihad Islami.

Sedangkan Hamas, Pemerintah Israel disebutkan akan membayar atas semua kejahatan yang dilakukan. “Kejahatan ini tidak akan menambah sesuatu kepada para tahanan kami kecuali ketabahan dan komitmen untuk melawan belenggu penjara Israel.”

(T.HN/S: BBC.Com)

leave a reply
Posting terakhir